kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.461.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.130   40,00   0,26%
  • IDX 7.697   -47,60   -0,61%
  • KOMPAS100 1.196   -13,16   -1,09%
  • LQ45 960   -10,60   -1,09%
  • ISSI 231   -1,75   -0,75%
  • IDX30 493   -3,97   -0,80%
  • IDXHIDIV20 592   -5,69   -0,95%
  • IDX80 136   -1,30   -0,95%
  • IDXV30 143   0,32   0,23%
  • IDXQ30 164   -1,28   -0,77%

Perbankan Kerek Pertumbuhan Fee Based Income pada Semester I


Minggu, 30 Juli 2023 / 16:23 WIB
Perbankan Kerek Pertumbuhan Fee Based Income pada Semester I
ILUSTRASI. Gedung?Menara Bank BTN di Jakarta, Selasa (10/12/2019). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perbankan terus berupaya mendorong pertumbuhan fee based income (FBI) atau pendapatan berbasis biaya dan komisi untuk tetap mempertahankan pertumbuhan perolehan laba bersih.  

Strategi yang dilakukan untuk mendorong pertumbuhan itu adalah dengan mengoptimalkan transaksi super apps mereka. Sepanjang semester I-2023, pendapatan fee bank dari layanan itu telah mengalami peningkatan signifikan.

PT Bank Tabungan Negara (BTN) misalnya, pada Juni 2023 ini, mencatatkan pencapaian tertinggi perolehan fee-based income dalam 5 tahun terakhir. FBI perseroan tumbuh sebesar 70,26% YoY atau senilai Rp 1,72 triliun dengan kontribusi sebesar 11,74% terhadap total revenue Bank BTN. 

Kenaikan FBI tersebut didorong dari ekosistem transaction banking BTN seperti trade finance tumbuh 222,08% menjadi 10,71 miliar. Selain itu, transaksi digital melalui BTN Mobile capai Rp 20,88 juta, pendapatan dari aktivitas kredit, bisnis wealth management, serta bisnis treasury.

Baca Juga: Bank Mandiri Hentikan Penyaluran Kredit Ke Karyawan BUMN Karya, Ini Respons OJK

"Hingga akhir tahun ini, kami membidik FBI mencapai lebih dari Rp 2 triliun. Ke depannya kami berharap FBI terus meningkat dari pengembangan ekosistem bisnis berbasis digital dan transaction banking BTN, baik retail maupun wholesale banking," ungkap Ramon Armando, Corporate Secretary BTN kepada kontan.co.id, Jumat (28/7).  

Dari ekosistem berbasis digital, BTN Mobile yang telah pihaknya luncurkan awal tahun ini telah memiliki lebih dari 500 ribu pengguna dengan pertumbuhan transaksi mencapai 47% YoY.

Dari ekosistem transaction banking, perseroan juga terus melakukan pengembangan ekosistem bisnis pendukung perumahan, dan perbaikan proses bisnis serta fokus pada sektor dengan potensi tinggi.

"Kami juga terus mengembangkan cash management system BTN untuk mengelola transaksi dari nasabah maupun vendor kami," katanya. 

Pendapatan fee dan komisi PT Bank Central Asia (BCA) mencapai Rp 8,6 triliun di semester I 2023, atau meningkat 5,4% YoY. Selain itu, pendapatan lain-lain juga meningkat 9,9%% menjadi Rp 2,7 triliun. Alhasil, pendapatan non bunga BCA tumbuh 9,4% YoY menjadi Rp12,2 triliun di semester I 2023. 

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn menyampaikan, pencapaian tersebut tidak lepas dari total volume transaksi BCA yang terus bertumbuh mencapai 14,3 miliar di semester I 2023, atau naik 27,2% YoY. Hal ini ditopang oleh inovasi yang berkesinambungan di ekosistem multi-channels serta basis nasabah yang terus meningkat. 

Hampir seluruh transaksi BCA telah dilakukan secara digital. Kanal mobile banking mencatat kenaikan volume transaksi tertinggi, tumbuh sebesar 44,0% YoY.

"Kami berharap pertumbuhan fee dan komisi masih tetap solid ke depan, seiring dengan pemulihan aktivitas ekonomi dan volume transaksi yang terus bertumbuh," imbuhnya.

Baca Juga: Rugi Bank Aladin Syariah Meningkat Menjadi Rp 96,2 Miliar pada Semester I-2023

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga terus berupaya mendorong FBI. Perseroan optimistis pendapatan berbasis fee BNI di tahun 2023 ini akan lebih baik dibanding realisasi tahun lalu.

Menurut Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo Budiprabowo, ini seiring dengan penguatan channel digital, baik untuk nasabah ritel maupun institusi yakni BNI Mobile Banking dan BNIDirect.

Sepanjang semester I 2023, BNI membukukan total pendapatan non bunga Rp 6,9 triliun jumlah tersebut memang tercatat menurun 8,3% secara year on year (YoY).

Penurunan tersebut disebabkan FBI dari business banking yang merosot 15,8% menjadi Rp 3,48 triliun dari periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 4,14 triliun. Sementara FBI atau pendapatan berbasis komisi dari segmen konsumer tercatat naik 5,6% YoY menjadi Rp 3,39 triliun. 

Berdasarkan materi paparan kinerja semester I 2022, pertumbuhan dari segmen konsumer utamanya ditopang oleh pendapatan dari layanan PPOB dan bill payment yang meningkat 30,6% menjadi Rp 212 miliar serta pendapatan dari remitansi meningkat 15,3% YoY menjadi Rp 127 miliar.

Adapun FBI dari kartu dan bancassurance hanya naik 1,9% menjadi Rp 1.034 triliun. 

Sedangkan pendapatan non bunga dari business banking tumbuh 15,2% menjadi Rp 4,1 triliun. Ini utamanya ditopang dari pertumbuhan dana pensiun yang tumbuh 101,5% menjadi Rp 217 miliar, dan bisnis kustodion yang tumbuh 22% menjadi Rp 1,272 triliun.

Sementara pendapatan kredit sindikasi turun sebesar 25,6% YoY menjadi Rp 262 miliar, lalu pendapatan dari forex trading dan derivatives turun 50,6% menjadi Rp 484 miliar.

Adapun PaninBank mencatat laba bersih sebesar Rp 2,10 triliun pada semester I-2023, meningkat 30,89% dibanding periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp 1,60 triliun.

Presiden Direktur PaninBank, Herwidayatmo mengatakan peningkatan laba tersebut didukung fee based income yang naik 47,94% menjadi Rp 1,68 triliun. Kenaikan fee based income terutama berupa pendapatan dari transaksi surat berharga dan recovery.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×