Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan tengah bersiap melaporkan revisi rencana bisnisnya tahun ini kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di pengujung semester I-2020. Dampak pandemi corona (Covid-19) bikin mereka kompak memangkas target.
PT Bank Central Asian Tbk (BBCA) misalnya juga siap mengubah target bisnisnya tahun ini akibat pandemi. Sayangnya EVP Secretariat and Corporate Communication BCA Hera F Haryn masih enggan membocorkan target bisnis anyar perseroan.
“Hingga kini masih dalam proses finalisasi, kami juga terus berkoordinasi secara internal, sekaligus dengan stakeholders, dan regulator,” katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (24/6).
Baca Juga: Duh, ekspansi kredit Himbara lewat skema bank mitra dinilai berisiko tinggi, kenapa?
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Pahala N. Mansury juga menyatakan hal serupa pihaknya memastikan bakal memangkas target bisnisnya tahun ini.
“Kami akan ajukan revisi rencana bisnis bank (RBB), kredit kami perkirakan masih bisa tumbuh hingga 5%, sementara dana pihak ketiga (DPK) sekitar 7%,” katanya kepada Kontan.co.id.
Sebelum pandemi datang, bank dengan bisnis utama di segmen kredit perumahan ini menargetan pertumbuhan kreditnya hingga 10%. Target laba hingga Rp 2,5 triliun tahun ini juga disebut Pahala bakal dipangkas.
Pahala masih optimistis bisa meraih target pertumbuhan yang positif, meskipun hingga April 2020 kredit perseroan masih tercatat negatif 1,73% (ytd). Alasannya baru menerima tambahan alokasi fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) untuk 146.000 unit rumah. Ini akan jadi bekal ekspansi kredit perseroan.
Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Hery Gunardi yang bilang pertumbuhan bisnis tahun ini tak akan sebesar yang direncanakan awal tahun.
“Saat ini kami masih proses untuk revisi RBB, baik kredit maupun hanya akan tumbuh single digit,” katanya kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Pemerintah tempatkan dana Rp 30 triliun, begini dampaknya ke emiten perbankan
Corporate Secretary Bank Mandiri Rully Setiawan menambahkan sejak kuartal II-2020, dampak pandemi memang mulai terasa buat perseroan. Alasannya terjadi peningkatan risiko kredit dari para debitur perseroan yang terimbas pandemi.
Adapun hingga 20 Juni 2020, bank berlogo pita emas ini tercatat sudah memberikan restrukturisasi kredit terhadap lebih dari 400.000 debitur dengan baki kredit hingga Rp 70 triliun.
“Sejak kuartal II, dan seterusnya akan ada perlambatan kinerja perseroan. Ini dipicu kenaikan kolektabilitas 2 akibat keterlambatan bunga dari debitur terimbas pandemi. Kami juga melihat adanya risiko pengetatan likudiitas seiring penundaan pembayaran pokok,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News