Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang libur Natal dan tahun baru (Nataru), perbankan mulai menyiapkan uang tunai yang bisa ditarik di mesin ATM maupun kantor cabang. Penyiapan uang tunai tetap dilakukan meskipun tren transaksi digital di perbankan kian masif digunakan.
Ambil contoh, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang berencana akan menyediakan uang tunai sebesar Rp 41,1 triliun. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan yang disiapkan oleh bank pada tahun lalu senilai Rp 37,6 triliun.
EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn memperkirakan jelang momen Nataru akan ada kenaikan jumlah transaksi termasuk transaksi perbankan digital. Ini sejalan dengan pembatasan mobilitas yang sudah semakin longgar.
“Oleh karenanya, kegiatan perekonomian serta konsumsi masyarakat pun diperkirakan akan meningkat,” ujar Hera.
Baca Juga: BRI dan Kementerian BUMN Hadirkan Vending Machine, Perluas Pemasaran UMKM
Ia akan memastikan untuk memberikan layanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan nasabah maupun mitra di momen Nataru. Dengan memastikan hadirnya platform perbankan transaksi yang aman, sekaligus dapat menjadi solusi yang relevan bagi kebutuhan nasabah.
Sedikit berbeda, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga menyebutkan telah menyiapkan uang kas senilai Rp 25,2 triliun. Ini untuk mendukung kelancaran masyarakat dalam transaksi di periode tersebut.
Direktur Jaringan dan Layanan BRI Andrijanto bilang uang kas yang disiapkan tersebut lebih rendah 5% dibandingkan realisasi tahun lalu. Di mana, nilainya mencapai Rp 26,5 triliun.
Ia menyebutkan penurunan kebutuhan uang tunai tersebut sejalan dengan preferensi nasabah yang bergeser ke transaksi digital atau cashless.
Secara rinci, uang tersebut dialokasikan untuk kebutuhan mesin e-channel BRI berupa ATM dan CRM. Sisanya senilai Rp 5,4 triliun untuk dialokasikan di kantor-kantor cabang BRI.
"Penyediaan layanan berbasis digital BRI telah mampu memigrasi transaksi yang sebelumnya dilakukan secara konvensional oleh pekerja di banking hall," ujarnya.
Terkait kebutuhan uang tunai tersebut, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch Amin Nurdin berpandangan bahwa sejatinya kebutuhan uang tunai lama kelamaan akan turun. Ini sejalan dengan masyarakat yang sudah lebih memilih bertransaksi lewat digital.
Baca Juga: OJK Pastikan Tak Perpanjang Kebijakan Restrukturisasi Kredit Terkait Covid-19
Meski demikian, ia mengungkapkan bahwa bukan berarti kebutuhan uang tunai akan hilang begitu saja. Mengingat, kebutuhan itu masih ada di daerah pedesaan.
“Kalau yang penyiapan uang tunainya naik mungkin memang ingin kebutuhan mesin ATM nya banyak,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News