Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di hari pertama perdagangan bursa karbon, industri dari sektor keuangan turut meramaikan transaksi. Dalam hal ini, beberapa bank besar ikut berpartisipasi dalam perdagangan bursa karbon perdana ini.
Bank-bank seperti PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank DBS Indonesia dan PT Bank Mandiri Tbk menjadi bagian dari transaksi bursa karbon yang mencapai total volume 459.953 ton CO22. Total volume transaksi tersebut dilakukan oleh 15 pengguna jasa.
Pakar Investasi dan Sustainability Rio Christiawan bilang pada prinsipnya karbon ini merupakan komoditas yang dapat diperdagangkan dan berkaitan dengan institusi keuangan seperti investment banking.
"Di beberapa negara memang industri perdagangan karbon dan bursa karbon berkaitan cukup erat dengan institusi keuangan," ujar Rio.
Baca Juga: Kata Ekonom Terkait Alasan Bank Ramai-Ramai Jadi Pembeli Unit Karbon di Bursa Karbon
Ia melihat perbankan bisa jadi membuat komoditas ini diperjualbelikan. Mengingat, harga diprediksi akan meningkat. Menurutnya, volume perdagangan karbon ini berangsur-angsur akan meningkat pada tahun 2025 ke atas.
"Khususnya karena pada tahun 2029 banyak negara peserta Paris Agreement (COP) harus memenuhi komitmen NDC masing masing negara yang sudah disepakati pada Paris Agreement," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan, Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi melihat ini juga bisa jadi menjadi strategi bank agar semakin dinilai sebagai bank yang hijau.
Salah satunya, ia melihat ada kemungkinan ini juga menjadi syarat verifikasi dari sustainalytics agar bank bisa dikatakan hijau jika membeli unit karbon.
"Memang ada beberapa bank yang inisiatif membeli unit karbon, bahkan dari bank asing dari regionalnya untuk membeli," ujar Inarno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News