Reporter: Adhitya Himawan, Issa Almawadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bencana alam yang melanda Sumatera Utara, Sulawesi Utara dan Jawa Timur turut menekan bisnis perbankan. Nilai kredit macet di ketiga wilayah bencana itu mencapai Rp 1,19 triliun.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara telah merugikan 5.800 debitur dari sembilan bank umum dan empat bank perkreditan rakyat (BPR). Adapun total nilai kredit macet di daerah tersebut mencapai Rp 86 miliar.
Sedangkan banjir bandang yang menerjang Manado, Sulawesi Utara, menyisakan kredit macet bagi 2.500 debitur dari 12 bank umum dan tiga BPR. Total nilai kredit macet perbankan di daerah itu mencapai Rp 773 miliar.
Dari erupsi Gunung Kelud di Jawa Timur, telah menghambat aktivitas 10.300 debitur yang berasal dari tujuh bank umum dan 23 BPR . Total nilai kredit macet di daerah ini mencapai Rp 332 miliar. "Namun data-data tersebut masih terus kami update," kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman Hadad, di Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XI DPR, Senin (3/3).
OJK telah mengeluarkan keputusan Dewan Komisioner OJK untuk memberikan perlakuan khusus bagi debitur di wilayah bencana. Perbankan diminta memberikan kelonggaran bagi debitur di tiga daerah bencana tadi.
Salah satu bank yang terkena efek bencana adalah Bank BNI. Bank pelat merah ini mengalami potensi kerugian cukup besar. Total di tiga wilayah itu mencapai 203 debitur BNI dengan baki debet keseluruhan Rp 483 miliar.
Dari jumlah itu, kredit BNI di bawah Rp 5 miliar mencakup 183 debitur dengan baki debet Rp 172 miliar. Perinciannya, banjir Manado ada 46 debitur yang bermasalah, banjir Jawa Barat (76 debitur), banjir Semarang (24 debitur) dan erupsi Gunung Kelud (37 debitur). "Di Gunung Sinabung tidak ada debitur kami untuk pinjaman di bawah
Rp 5 miliar," kata Direktur Utama BNI, Gatot Murdiantoro Suwondo.
Untuk pinjaman di atas Rp 5 miliar, ada satu debitur di wilayah Gunung Sinabung, dengan baki debet Rp 10 miliar. Di Manado, terdapat dua debitur dengan baki debet Rp 27 miliar. Banjir Jawa Barat ada tiga debitur dengan baki debet Rp 28 miliar. Banjir Semarang ada 14 debitur dengan baki debet Rp 243 miliar. "Untuk Gunung Kelud tak ada debitur kami," ujar Gatot.
BNI menempuh tiga strategi. Pertama, segera menurunkan suku bunga kredit di daerah bencana. Kedua, memperpanjang jangka waktu pembayaran kredit. Ketiga, mengurangi tunggakan bunga atau diskon bunga. "Semua ini kami lakukan dengan prinsip kehati-hatian," kata Gatot.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga mengalami tekanan serupa. Manajemen mencatat, total debitur yang terkena efek bencana di tiga wilayah mencapai 6.574 debitur dengan nilai kredit Rp 276 miliar. "Sebagian besar nasabah mikro dan penerima KUR," ujar Lenny Sugihat, Direktur Manajemen Risiko BRI.
BRI melakukan pemetaan, baik debitur yang terkena dampak langsung maupun tidak. Bank ini siap merestrukturisasi kredit hingga melakukan hapus buku.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News