kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.321.000   -16.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.605   0,00   0,00%
  • IDX 8.210   57,51   0,71%
  • KOMPAS100 1.136   6,83   0,61%
  • LQ45 812   6,09   0,75%
  • ISSI 290   2,61   0,91%
  • IDX30 426   3,50   0,83%
  • IDXHIDIV20 484   2,55   0,53%
  • IDX80 126   1,03   0,82%
  • IDXV30 135   0,69   0,51%
  • IDXQ30 135   0,94   0,70%

Suku Bunga Bank Masih Tinggi, BI Desak Perbankan Percepat Penurunan


Kamis, 23 Oktober 2025 / 06:30 WIB
Suku Bunga Bank Masih Tinggi, BI Desak Perbankan Percepat Penurunan
ILUSTRASI. Bank Indonesia (BI) menilai transmisi penurunan suku bunga dari kebijakan moneter ke sektor riil dinilai masih berjalan lambat.KONTAN/Muradi/2022/09/15


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menilai transmisi penurunan suku bunga dari kebijakan moneter ke sektor riil dinilai masih berjalan lambat. Untuk itu, BI Memina perbankan mempercepat penurunan suku bunga agar sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan, hingga September 2025 penurunan suku bunga perbankan belum sejalan dengan turunnya suku bunga acuan BI Rate sebesar 150 basis poin (bps) sejak awal tahun.

“Dibandingkan dengan penurunan BI Rate sebesar 150 bps, suku bunga deposito satu bulan hanya turun 29 bps dari 4,81% pada awal 2025 menjadi 4,52% pada September 2025,” kata Perry saat konferensi pers RDG BI Rabu (22/10/2025).

Baca Juga: Transmisi Masih Tertahan, Era Suku Bunga Rendah Belum Sepenuhnya Tiba

BI mencatat, lambatnya penurunan suku bunga deposito antara lain dipengaruhi oleh pemberian special rate kepada deposan besar, yang porsinya mencapai 26% dari total dana pihak ketiga (DPK).

Sementara itu, suku bunga kredit perbankan bahkan turun lebih kecil lagi, hanya 15 bps, dari 9,20% pada awal 2025 menjadi 9,05% pada September 2025. Kondisi ini menunjukkan masih terbatasnya transmisi kebijakan moneter terhadap suku bunga kredit, yang berpotensi menahan laju pertumbuhan kredit di sektor riil.

Untuk mempercepat transmisi kebijakan, BI terus memperkuat Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM). Hingga minggu pertama Oktober 2025, total insentif KLM telah mencapai Rp 393 triliun, disalurkan kepada berbagai kelompok bank.

Rinciannya, bank BUMN memperoleh Rp 173,6 triliun, bank umum swasta nasional (BUSN) Rp 174,4 triliun, bank pembangunan daerah (BPD) Rp 39,1 triliun, dan kantor cabang bank asing (KCBA) Rp 5,7 triliun.

Baca Juga: OJK Tegaskan Penyesuaian Suku Bunga Bukan di Tangan Regulator

Secara sektoral, insentif KLM disalurkan ke sektor-sektor prioritas seperti pertanian, perdagangan, manufaktur, real estate, perumahan rakyat, konstruksi, transportasi, pergudangan, pariwisata, ekonomi kreatif, serta UMKM, ultra mikro, dan sektor hijau.

Ke depan, BI akan terus memperkuat kebijakan KLM agar lebih berorientasi ke depan (forward looking) untuk mendorong pertumbuhan kredit dan pembiayaan perbankan lebih tinggi.

Selain itu, Perry menegaskan, pemberian insentif KLM juga akan dikaitkan dengan kecepatan bank dalam menurunkan suku bunga kredit atau pembiayaan sebagai bentuk percepatan transmisi kebijakan suku bunga ke sektor riil.

“Transmisi kebijakan moneter yang lebih cepat diharapkan mampu menurunkan biaya dana dan mendorong pembiayaan produktif yang berkelanjutan,” imbuh Perry.

Selanjutnya: Elon Musk Pindahkan Bitcoin — Ada Apa di Baliknya?

Menarik Dibaca: Promo KFC Wing O.R. Bucket Deal, Paket Hemat 7 Potong Sayap Hanya Rp 68.182

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×