Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian global yang terjadi saat ini dikhawatirkan mempengaruhi kualitas kredit perbankan yang bisa memburuk. Perbankan pun telah menyiapkan antisipasi atas peluang adanya risiko tersebut di waktu yang akan datang.
Secara industri, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejatinya mencatat rasio non performing loan (NPL) gross industri perbankan masih membaik di September 2023, di level 2,43%. Pada periode sama tahun lalu, industri mencatat NPL Gross di level 2,78%.
Meski demikian, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengungkapkan bahwa masih ada beberapa bank yang memiliki NPL Gros di atas 5%. Untungnya, seluruhnya masih memiliki NPL net di bawah 5%.
“Ini menunjukkan bank telah melakukan pencadangan atas kerugian tersebut sehingga dampaknya terhadap permodalan sudah diantisipasi dengan baik,” ujar Dian, belum lama ini.
Baca Juga: Fitur Transfer Internasional BRImo, Inovasi Perbankan Digital Terbaru dari BRI
Dian menyadari bahwa ketidakpastian global saat ini seperti tingkat suku bunga yang tinggi dan melambatnya pertumbuhan global dapat mempengaruhi pasar Indonesia. Misalnya, tingginya suku bunga memengaruhi kemampuan bayar debitur.
Untuk itu, Ia mengingatkan agar perbankan benar-benar selektif dalam menyalurkan kredit baru. Serta, melakukan monitoring dan pendampingan usaha, khususnya bagi segmen UMKM.
“Perbankan tentu memiliki perspektif masing-masing dalam menyikapi ketidakpastian global,” ujarnya.
PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) termasuk salah satu bank yang memiliki NPL gross di atas 5%. Direktur Bisnis Bank Banten Rodi Judo bilang NPL gross Banten per Oktober 2023 di level 9,4%.
Meski masih tergolong tinggi, Rodi bilang bahwa rasio NPL tersebut sudah membaik dari posisi sama tahun lalu. Di mana, kala itu, NPL Gross Bank Banten berada di level 10,07%.
Ia bilang penurunan tersebut terjadi setelah pihaknya melakukan monitoring ketat terhadap kualitas kredit yang dimiliki. Rodi menyebutkan hal itu sudah dilakukan ketika kredit sudah masuk kolektibilitas 2.
Baca Juga: Proses Migrasi Bisnis Konsumer Citibank ke UOB Akan Berlangsung, Ini Jadwalnya
Tak hanya itu, pihaknya juga telah bekerja sama dengan Kejaksaan Banten. Di mana, memberikan surat kuasa khusus untuk melakukan penagihan terhadap debitur.
“Kalau tahun lalu itu kan sudah terkumpul sekitar Rp 92 miliar,” ujarnya kepada KONTAN, Senin (6/11).
Di sisi lain, Bank Banten juga sudah melakukan antisipasi dengan tidak sembarangan lagi menyalurkan kredit. Harapannya, itu tidak menambah kredit-kredit buruk di masa mendatang.
Ambil contoh, saat ini Bank Banten akan fokus penyaluran kredit untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) karena dianggap lebih aman. Sementara, kredit untuk komersial lebih diperketat.
“Kelemahan kita kan dulu sebenarnya belum siap terus dipaksakan untuk mendapat kredit, ini tak akan kita ulangi,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Risiko BTN Setiyo Wibowo mengungkapkan bahwa pihaknya juga sudah mengantisipasi potensi kenaikan NPL di masa mendatang. Per September 2023, NPL milik BTN ada di level 3,5% atau turun dari posisi separuh pertama 2023 yang ada di level 3,7%.
Adapun, antisipasi yang sudah dilakukan antara lain perubahan proses bisnis yang lebih prudent. Ditambah, penguatan tim penagihan dan penjualan aset-aset yang menjadi kredit macet tersebut.
“Jadi bankir kan harus melakukan upaya pencegahan sebelum risiko itu terjadi,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News