Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren perbaikan kualitas kredit perbankan berlanjut hingga September 2025. Meski begitu, sejumlah bank tetap mengerek biaya pencadangan untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi dan menjaga stabilitas aset.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rasio loan at risk (LaR) industri perbankan berada di level 9,52% per September 2025, turun dari 9,73% pada bulan sebelumnya. Namun, penurunan ini tidak langsung membuat bank menurunkan kewaspadaan.
Sejumlah bank besar justru meningkatkan biaya provisi sepanjang Januari–Oktober 2025.
Baca Juga: Kondisi SAL yang Menipis Rentan Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi Global
BNI mencatat beban pencadangan Rp 6,75 triliun, naik 18% secara tahunan. BTN menaikkan pencadangan 185,9% menjadi Rp 4,98 triliun. BCA mencatat kenaikan 109,8% menjadi Rp 3,12 triliun, sedangkan Panin Bank meningkatkan pencadangan 16,78% menjadi Rp 680 miliar.
Direktur Risk Management BTN Setiyo Wibowo mengatakan kenaikan beban pencadangan dipicu meningkatnya risiko kredit di beberapa segmen.
“Meski tren LaR industri mulai menurun, BTN tetap berhati-hati karena kondisi ekonomi dan perilaku bayar debitur masih dalam tahap normalisasi,” ujarnya, Rabu (3/12).
BTN menargetkan rasio kecukupan pencadangan sekitar 120% pada akhir 2025, dengan non-performing loan (NPL) menuju kisaran 3%. Tahun depan, risiko kredit diperkirakan lebih stabil, tetapi perseroan tetap akan menjaga cadangan pada level aman.
Upaya penguatan kualitas aset dilakukan melalui pendekatan preventif berbasis data, penyempurnaan proses underwriting, serta penguatan tim penagihan dan teknologi koleksi.
Baca Juga: Ketidakpastian Ekonomi Indonesia per Kuartal II-2025 Tertinggi Sepanjang Sejarah
Dari sisi BCA, EVP Corporate Communication Hera F. Haryn menuturkan bank terus melakukan diversifikasi portofolio kredit untuk menekan risiko konsentrasi. “Kami akan mengevaluasi kebutuhan pencadangan sesuai perkembangan kualitas aset dan kondisi ekonomi,” kata Hera.
Berbeda dengan bank-bank besar lainnya, CIMB Niaga justru membukukan penurunan biaya provisi sebesar 17,36% menjadi Rp 923,9 miliar.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan menyebut kualitas aset perseroan tetap solid dengan LaR 7,5%. “Tanpa dampak restrukturisasi Covid-19, LaR kami hanya 5,9%, dan NPL tetap terjaga di bawah 2%,” ujar Lani.
Secara keseluruhan, perbankan masih menjaga bantalan risiko sebagai langkah antisipatif, sembari berharap tren perbaikan kualitas kredit berlanjut hingga 2026.
Selanjutnya: Robert Kiyosaki Ramalkan Soal Kiamat Ekonomi, Ini Katanya
Menarik Dibaca: 30 Ucapan Hari Relawan Internasional untuk Caption dan Status Sosmed
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













