kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.310.000   -177.000   -7,12%
  • USD/IDR 16.605   -5,00   -0,03%
  • IDX 8.153   -85,53   -1,04%
  • KOMPAS100 1.129   -15,68   -1,37%
  • LQ45 806   -13,59   -1,66%
  • ISSI 288   -1,98   -0,68%
  • IDX30 422   -6,44   -1,50%
  • IDXHIDIV20 481   -5,50   -1,13%
  • IDX80 125   -1,86   -1,47%
  • IDXV30 134   -0,30   -0,22%
  • IDXQ30 134   -1,81   -1,33%

Percepatan Digitalisasi Sistem Pembayaran Jadi Katalis Utama bagi Ekonomi Digital


Rabu, 22 Oktober 2025 / 18:58 WIB
Percepatan Digitalisasi Sistem Pembayaran Jadi Katalis Utama bagi Ekonomi Digital
ILUSTRASI. Percepatan digitalisasi sistem pembayaran seperti BIFAST menjadi katalis utama bagi ekonomi digital Indonesia.


Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Francisca bertha

KONTAN.CO.ID - JAKARTA - Percepatan digitalisasi sistem pembayaran seperti BIFAST menjadi katalis utama bagi perkembangan ekonomi digital Indonesia.

Nilai transaksi digital nasional kini menembus sekitar US$ 90 miliar per tahun, ditopang pesatnya adopsi sistem BIFAST dan QRIS yang menjangkau masyarakat hingga ke pelosok.

Pertumbuhan ini mencerminkan transformasi keuangan digital Indonesia yang semakin inklusif, didorong oleh kemajuan teknologi dan kolaborasi antara regulator, perbankan, serta pelaku fintech.

Edwin Hidayat Abdullah, Direktur Jenderal Ekosistem Digital Kementerian Komunikasi dan Digital, menjelaskan, digitalisasi telah menjadi fondasi penting pertumbuhan ekonomi nasional.

"Lebih dari 224 juta masyarakat Indonesia telah terhubung ke internet, atau sekitar 80% populasi. Hampir seluruh wilayah kini memiliki akses konektivitas digital,” ujarnya pada Indonesia Treasury Leadership Forum (ITLF) 2025, forum tahunan yang digelar Standard Chartered di Jakarta, Rabu (22/10). 

Ia menambahkan, kontribusi ekonomi digital terhadap produk domestik bruto (PDB) saat ini mencapai sekitar 5%.

“Kami menargetkan kontribusi tersebut dapat meningkat menjadi 10% dalam lima tahun ke depan,” kata Edwin.

Baca Juga: Jadi Sponsor Raya Run, Bank Raya Dorong Geliat Ekonomi Digital di Surabaya

Dari sisi perbankan, Donny Donosepoetro OBE, Chief Executive Officer Standard Chartered Indonesia, menilai, percepatan digitalisasi sistem pembayaran seperti BIFAST menjadi katalis utama bagi ekonomi nasional.

"Pertumbuhan BIFAST sangat cepat, kini sudah menembus lebih dari 4,4 juta transaksi per bulan dan mulai terkoneksi lintas negara, seperti Malaysia, Thailand, Jepang, dan China," katanya.

Menurut Donny, kolaborasi lintas sektor menjadi faktor penting agar sistem pembayaran Indonesia mampu bersaing di tingkat global.

"Kita semua perlu menata strategi dengan efisien dan memastikan setiap inovasi membawa manfaat ekonomi yang berkelanjutan," sebutnya.

Michael Spiegel, Global Head of Transaction Banking Standard Chartered, menekankan, pentingnya kesiapan korporasi menghadapi perubahan lanskap keuangan digital.

"Korporasi harus memanfaatkan teknologi dan solusi yang tersedia. Dunia berubah cepat, keuangan digital kini menjadi norma," ujarnya.

Baca Juga: Indonesia Dorong Ekonomi Digital Jadi Isu Utama Peningkatan AKFTA

Menurut dia, bank kini berperan sebagai penghubung ekosistem dengan menyediakan platform yang aman dan terintegrasi.

"Kami telah melakukan replatforming infrastruktur internal dan mengaktifkan lebih dari 360 API untuk mengintegrasikan mitra dan sistem pembayaran global," jelasnya.

Dari sisi asosiasi, Dodi Soewandi, IT Head Indonesia Payment System Association (ASPI), menyebutkan, pertumbuhan ekosistem pembayaran nasional yang sangat pesat turut diperkuat dengan inovasi digital currency sandbox dan pembaruan sistem RTGS.

"Kunci keberhasilan adalah kolaborasi antara regulator, bank, dan industri agar infrastruktur terus relevan dengan kebutuhan pengguna," katanya.

Sementara Mikiko Steven, Managing Director Xendit Indonesia, menegaskan pentingnya keseimbangan antara kecepatan, keamanan, dan kemampuan skala dalam layanan fintech.

"Banyak produk kami lahir dari kebutuhan praktis pelanggan. Iterasi dan sinergi dengan bank serta regulator menjadi kunci menghadirkan solusi yang aman dan berkelanjutan,@ ujarnya.

Xendit kini beroperasi di lima negara Asia Tenggara dan tengah menyiapkan global dashboard untuk memudahkan pelaku usaha mengelola transaksi lintas negara. Mikiko menilai, kolaborasi regional akan menjadi langkah strategis berikutnya untuk mendorong efisiensi bisnis lintas batas.

Selanjutnya: Prabowo Akan Hadir Dalam KTT APEC di Korea Selatan

Menarik Dibaca: Hujan Sangat Lebat di Provinsi Berikut, Simak Peringatan Dini Cuaca Besok (23/10)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×