kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perjalanan Panjang Mencari Pesaing BSI di Industri Perbankan Syariah


Rabu, 15 November 2023 / 16:07 WIB
Perjalanan Panjang Mencari Pesaing BSI di Industri Perbankan Syariah
ILUSTRASI. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mendominasi aset industri perbankan syariah.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbicara perbankan syariah di tanah air tentu berbicara pula dengan peta persaingan antar pemainnya yang tak merata. Bagaimana tidak, dominasi PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) di industri ini memang tak tertandingi.

Memang, aset besar yang dimiliki BSI awalnya merupakan gabungan dari unit usaha syariah dari bank-bank BUMN, seperti Bank Mandiri, BNI, dan BRI. Hingga aset BSI yang dimiliki per September 2023 senilai Rp 320 triliun atau tumbuh 14,29% secara tahunan (YoY).

Menilik data industri, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat aset perbankan dan unit usaha syariah tercatat senilai Rp 796,01 triliun per Agustus 2023 yang terdiri dari 13 Bank Umum Syariah dan 20 unit usaha syariah. Itu menunjukan dominasi BSI terhadap industri perbankan syariah ini hampir separuhnya.

Baca Juga: Dikabarkan Diakuisisi Bank BTN, Begini Respons Bank Muamalat

Melihat kondisi tersebut, OJK berulang kali menegaskan bahwa diperlukan pemain terutama bank umum syariah yang mampu meredam dominasi BSI. Terbaru, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Dian Ediana Rae mengungkapkan perlu dua atau tiga pemain besar yang setara dengan BSI.

Hanya saja, Dian tak ingin cita-cita tersebut dicapai dengan jalur pemaksaan meskipun berwenang, Dalam hal ini, ia hanya akan memberikan peta konsolidasi yang tepat untuk membentuk pesaing baru tersebut.

“Yang kami lakukan semacam memberi desain konsolidasi, mana saja yang cocok dilakukan seperti bank mana dengan bank mana. Itu kemudian akan ditindak lanjuti pembicaraan dari waktu ke waktu,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia mendorong perbankan yang ingin memisahkan unit usaha syariahnya atau biasa disebut spin off menjadi bank umum syariah juga melakukan konsolidasi. Artinya, perlu ada penggabungan antar beberapa bank agar mampu memiliki aset sebesar BSI.

“Kalau yang sekarang, kecil-kecil gitu gak akan nendang,” ujar Dian.

Ambil contoh, kabar terbaru yang menyebutkan PT Bank Tabungan Negara (Tbk) yang ingin melakukan spin off unit usaha syariahnya dengan mengakuisisi PT Bank Muamalat. Jika itu bergabung, aset yang dimiliki keduanya masih sekitar Rp 112 triliun yang artinya belum sebesar BSI.

Memang, kabar tersebut belum dibenarkan maupun ditampik oleh BTN.  Corporate Secretary BTN Ramon Armando hanya mengungkapkan salah satu opsi dalam langkah spin off tersebut adalah melakukan akuisisi bank syariah yang sudah ada.

“Perseroan sedang melakukan penjajakan dengan beberapa bank syariah yang ada dan terus berkomunikasi untuk mendapatkan penawaran terbaik,” ujar Ramon dalam keteburkaan informasi (13/11).

Pernyataan Ramon tersebut pun menandakan ada kemungkinan BTN mengakuisisi lebih dari satu bank. Jika hal tersebut terjadi, kemungkinan besar gabungan tersebut akan menjadi salah satu pemain besar yang akan memperkuat posisinya di industri perbankan syariah.

Sementara itu, ada pula PT Bank CIMB Niaga Tbk yang memiliki aset unit usaha syariah terbesar setelah Bank Muamalat. Per September 2023, aset yang mereka miliki senilai Rp 61,46 triliun.

Hanya saja, CIMB Niaga belum memiliki rencana untuk melakukan aksi korporasi apapun untuk memperbesar asetnya. Dalam hal ini, pemisahan unit usaha syariahnya untuk menjadi bank umum syariah.

“Belum mau spin off saat ini karena kan belum diharuskan. Kalau nanti sudah waktunya, sesuai regulasi, pasti kita akan ikut regulasi,” ujar Direktur Bank Syariah CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara.

Pandji bilang saat ini langkah untuk memperbesar aset syariah yang dimiliki akan secara alami saja. Dalam hal ini, akan menyesuaikan dengan kemampuan permodalan yang dimiliki.

Tak hanya itu, ia berpendapat, jikalau pihaknya melakukan pemisahaan sekarang, kemampuan permodalannya tak akan sebesar ketika menjadi unit usaha syariah seperti saat ini. Artinya, pertumbuhan bisa lebih lambat.

“Kami sekarang proyeksi pertumbuhan aset syariah tiap tahunnya harus double digit, minimal 10%,” ujarnya.

Baca Juga: Bank Tabungan Negara (BBTN) Buka Suara Terkait Rencana Akuisisi Bank Muamalat

Di sisi lain, bank umum syariah yang saat ini sudah ada pun memang masih memiliki aset-aset yang kecil. Salah satu bank syariah yang mampu mencatat pertumbuhan paling cepat per September 2023 adalah PT BCA Syariah.

Anak usaha dari BCA tersebut mencatatkan aset senilai Rp 13,37 triliun pada periode tersebut. Pertumbuhannya mencapai sekitar 17,9% dibandingkan periode sama tahun lalu.

Direktur BCA Syariah Pranata menyadari bahwa saat ini ada ekspetasi dari regulator agar bank syariah besar tidak hanya BSI. Ia bilang regulator juga mengharapkan BCA Syariah menjadi salah satunya yang bisa menjadi pesaing kuat.

Oleh karena itu, ia bilang saat ini pihaknya sedang membenahi infrastruktur yang ada di BCA Syariah terutama infrastruktur teknologi. Harapannya, perkembangan bisnisnya tak kalah bagus dengan induk usahanya yaitu BCA,

“Sejauh ini kami masih memproyeksikan pertumbuhan aset di range 10% hingga 15% per tahun." ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×