kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perjuangan bank swasta pertahankan kredit mikro


Rabu, 26 Juli 2017 / 17:49 WIB
Perjuangan bank swasta pertahankan kredit mikro


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Bank swasta bisa dibilang bukan merupakan pemain utama di bisnis mikro. Hal ini disebabkan karena hampir 86% pangsa pasar kredit mikro di Indonesia dikuasai oleh bank pelat merah.

Perpindahan pangsa pasar kredit mikro dari bank swasta ke pemerintah ini terlihat dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terakhir per Mei 2017. Data OJK menunjukkan dalam tiga tahun terakhir, 10% pangsa pasar kredit mikro bank swasta ini berpindah ke bank BUMN.

Perpindahan ini seiring dengan munculnya program pemerintah yaitu kredit usaha rakyat (KUR). Sebagai pemain kedua bisnis mikro di Indonesia dengan pangsa pasar 7,85%, bank swasta tidak kehilangan semangat untuk mengembangkan bisnis ini.

Saat ini ada berapa bank swasta yang merupakan pemain utama bisnis mikro semisal PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk dan Bank Sahabat Sampoerna.

Beberapa bank pemain mikro yang sudah mengeluarkan laporan keuangan kuartal II rata-rata mencatat penurunan di bisnis ini. Danamon dan BTPN merupakan salah satu contoh.

Danamon dengan bisnis DSP (Danamon simpan pinjam) mencatat penuruan dalam pembiayaan mikro sebesar 32% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi 8,5 triliun pada kuartal II-2017.

“Penurunan ini karena kami sedang membenahi bisnis DSP, jadi cabang yang performanya tidak bagus (dilakukan penutupan),” ujar Vera Eve Lim, Direktur Keuangan Bank Danamon, Selasa (25/7).

Sebagai gambaran sampai akhir Juni 2017 jumlah outlet Danamon sebesar 700 outlet sampai akhir tahun diproyeksi hanya akan ada 500 outlet. Pada semester 2 ini bank berkode BDMN ini akan fokus melakukan penagihan di bisnis mikro ini.

Hal ini karena rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) bisnis mikro Danamon ini cukup tinggi yaitu mencapai 10%.

BTPN pada kuartal II juga mencatat penurunan pembiayan mikro sebesar 19% secara yoy menjadi Rp 6,5 triliun.

Anika Faisal, Direktur BTPN mengatkan saat ini bank fokus ke pertumbuhan kredit UMKM berkualitas.

“Sejalan dengan fungsi intermediasi, bank juga benar-benar menerapkan pengelolaaan risiko kredit bermasalah,” ujar Anika kepada KONTAN, Selasa (25/7).

Satinder Pal Singh Ahluwalia, Direktur Bank Danamon menambahkan pada semester II-2017 diharapkan penyaluran kredit mikro sudah mulai mengalami kenaikan.
“Penurunan yang terjadi karena pelunasan kredt lama lebih besar dibandingkan realisasi pembiayaan baru,” ujar Satinder.

Menurut Satinder, NPL yang cukup tinggi di bisnis DSP adalah karena pembiayaan ke komoditas dan tambang utamanya batubara di luar pulau Jawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×