kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.160   40,00   0,25%
  • IDX 7.067   83,03   1,19%
  • KOMPAS100 1.055   14,71   1,41%
  • LQ45 830   12,49   1,53%
  • ISSI 214   1,68   0,79%
  • IDX30 423   6,66   1,60%
  • IDXHIDIV20 509   7,46   1,49%
  • IDX80 120   1,71   1,44%
  • IDXV30 125   0,64   0,52%
  • IDXQ30 141   1,91   1,38%

Perkuat Modal, Perbankan Makin Gencar Rights Issue pada Kuartal IV 2022


Minggu, 09 Oktober 2022 / 20:21 WIB
Perkuat Modal, Perbankan Makin Gencar Rights Issue pada Kuartal IV 2022
ILUSTRASI. Nasabah?bertransaksi di salah satu galeri ATM di Alam Sutera, Tangerang, Rabu (14/10). KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Guna melakukan penguatan modal, perbankan kian gencar melakukan aksi penguatan modal dengan skema memberi hak memesan efek terlebih dahulu alias rights issue. Tujuan aksi korporasi ini paling banyak guna memenuhi ketentuan modal inti minimum Rp 3 triliun di penghujung 2022 dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 

PT Bank Ganesha Tbk (BGTG) akan menerbitkan 7,5 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham atau setara dengan 45,53% dari modal ditempatkan dan disetor setelah rights issue. Adapun harga pelaksanaan Rp 120 per saham sehingga akan memperoleh dana segar Rp 900 miliar.

Adapun modal inti BGTG per Juni 2022 sebesar Rp 2,1 triliun. Sedangkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mensyaratkan perbankan memiliki modal inti minimum Rp 3 triliun di penghujung tahun. Bila rights issue ini berjalan sesuai target maka dengan tambahan Rp 900 miliar, maka BGTG telah berhasil memenuhi ketentuan OJK.

Namun, PT Equity Development Investment Tbk selaku Pemegang Saham Utama dan Pengendali Perseroan dengan kepemilikan 50,61% telah menyatakan tidak akan melaksanakan seluruh HMETD yang menjadi haknya dan tidak akan mengalihkan kepada pihak manapun. 

Baca Juga: BTN Telah Sesuaikan Bunga Simpanan Valas hingga 50 Bps Tergantung Tenor dan Nominal

Lalu ada, Bank of India Indonesia Tbk (BSWD) yang akan merilis 1,2 miliar saham baru. Hary Suryawan Dwiputra, Kepala Divisi Human Capital Bank of India Indonesia menyatakan, pasca rights issue perseroan akan memiliki modal inti sebesar Rp 3,63 triliun. 

Adapun modal inti Bank of India of Indonesia mencapai Rp 2,01 triliun per Juni 2022. Nilai itu tumbuh 93,27% tahunan dari posisi Juni 2021 yang hanya Rp 1,04 triliun. Penguatan modal ini secara keseluruhan akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan secara positif. Selain itu juga akan membantu BSWD dalam meningkatkan portofolio kredit.

PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) akan melakukan rights issue 3,5 miliar saham baru atau setara dengan 15,39% dari jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh Bank Raya setelah pelaksanaan rights issue ini. Adapun pemegang saham utama AGRO, yakni Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) telah menyatakan akan melaksanakan haknya dalam aksi korporasi Bank Raya ini.

“BRI akan mendukung dengan berpartisipasi dalam rights issue Bank Raya (AGRO) tersebut. Partisipasi tersebut merupakan bentuk komitmen BRI untuk memperkuat permodalan Bank Raya, mendukung aspirasi dan pengembangan bisnis Bank Raya menjadi Bank Digital,” ujar Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto kepada Kontan.co.id pada Jumat (9/10).  

Bank Raya akan menggunakan dana segar dari rights issue ini untuk penguatan permodalan. Selanjutnya dapat digunakan sebagai ekspansi modal kerja dalam menyalurkan pinjaman maupun memperkuat pendanaan kepada segmen pasar yang baru, terutama segmen gig economy atau non formal.

Selain itu, Bank Raya juga wajib memiliki modal inti minimum berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum. Dalam aturan itu, Bank Raya sebagai bagian dari kelompok usaha BRI, harus memiliki modal inti minimum Rp 1 triliun. Hingga Juni 2022, modal inti Bank Raya sudah memenuhi aturan, yakni mencapai Rp 2,11 triliun.

Ada juga rights issue Bank Syariah Indonesia (BSI) dalam waktu dekat. Bank Mandiri selaku induk usaha sekaligus pemegang saham mayoritas dengan porsi kepemilikan sebesar 50,83% di BSI, menyatakan akan melaksanakan haknya.

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, Rudi As Aturridha menjelaskan, pihaknya tengah berkoordinasi dengan stakeholder dan pemegang saham BSI lain dalam menentukan besaran penyerapan saham baru BSI yang akan dieksekusi Bank Mandiri.

Yang bisa dipastikan, Bank Mandiri akan mempertahankan posisinya sebagai pemegang saham mayoritas di BSI. Komitmen kami sebagai induk usaha dan pemegang saham mayoritas di BSI, adalah mendukung penguatan rasio kecukupan modal BSI, agar mampu menjadi bank syariah terbesar di regional, sesuai amanat pemerintah, tegas Rudi.

Baca Juga: BI Catat DPK Valas Perbankan Tumbuh 12,1% Jadi Rp 1.049,6 Triliun Per Agustus

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyatakan investor perlu mencermati tiga hal sebelum membeli saham emiten yang akan menggelar rights issue. Tiga hal tersebut diantaranya, kondisi fundamental perusahaan, prospek bisnis dan tujuan penggunaan dana.  

Biasanya, penggunaan dana untuk ekspansi akan jauh lebih diminati ketimbang dipakai buat pembayaran utang. Dalam hal ini, perlu diperhatikan ekspansi yang akan dilakukan emiten apakah bersifat organik atau anorganik.

Sebab, mesti dipahami bahwa rights issue tidak secara otomatis bisa memberikan tambahan profit bagi emiten, walau asetnya akan bertambah. Di sisi lain, ekspansi bisnis yang direncanakan perusahaan juga butuh waktu untuk berkembang.  

Selain itu, ada faktor lain yang perlu dicermati yakni keberadaan standby buyer atau investor yang siap membeli saham baru. Rekam jejak bisnis dan kapasitas modal dari standby buyer akan melengkapi kesuksesan rights issue

Sementara itu Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menyebut aksi korporasi tersebut sudah disesuaikan dengan rencana bisnis masing- masing perusahaan.  

"Apabila rencana bisnis tersebut memiliki potensi di masa datang, tentu mereka akan melakukan rights issue untuk mendukung rencana tersebut," kata Nico. 

Selain untuk mendukung rencana bisnis, aksi korporasi ini juga mempertimbangkan kondisi pasar serta fundamental bank. Jika rights issue ini sejalan dengan bisnis perusahaan, maka diperkirakan minat pasar masih besar walau mereka cenderung hati - hati.  

Maraknya rights issue kali ini membuat investor memiliki banyak pilihan. Baik Wawan maupun Nico merekomendasikan investor untuk mengoleksi saham-saham emiten bank BUMN seperti Bank BTN dan BSI ketimbang yang lain.   

Menurut Nico, jika dibandingkan bank Buku IV lain, rasio permodalan (CAR) BTN masih paling kecil. Maka rights issue ini bisa menjadi salah satu langkah yang tepat untuk memperkuat permodalan perusahaan.  

"Untuk BSI, pasar syariah yang begitu besar, tentu menjadi salah satu kesempatan untuk bisa melakukan penetrasi. Apalagi, market share saat ini masih 7% sehingga peluang untuk bertumbuh pun masih sangat besar," jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×