Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Home Credit Indonesia dan PT Bank DBS Indonesia melakukan kerjasama joint financing. Langkah strategis ini kemungkinan kedua perusahaan memberikan pinjaman bersama atas fasilitas kredit yang disalurkan kepada pelanggan Home Credit.
CEO PT Home Credit Indonesia Jaroslav Gaisler menyatakan dalam menyalurkan pinjaman, pihaknya mendapatkan pendanaan dari joint financing, ekuitas, pinjaman dari group pusat, serta pinjaman dari bank global dan lokal. Home Credit memberikan pinjaman maksimal Rp 25 juta untuk produk ponsel pintar dan Rp 50 juta untuk furnitur.
Director Consumer Banking Group PT Bank DBS Wawan Salum tidak merinci berapa besaran nominal kesepakatan joint financing ini. Namun, ia menyebut akan menggenjot pinjaman Home Credit lantaran perusahaan multifinance ini memiliki potensi yang besar di Indonesia.
"Selain itu, ketika mengajukan pinjaman di Home Credit, nasabah juga dapat membuka rekening bank digibank by DBS secara bersamaan melalui program digibank bundling,” tambah Wawan pada Kamis (9/5).
Wawan menambahkan, proses pembukaan rekening dilakukan secara bersamaan, dengan proses aplikasi tanpa kertas, penandatanganan kontrak secara online serta waktu persetujuan atau penolakan sekitar tiga menit.
Bila pengajuan pembiayaan di Home Credit disetujui, maka pelanggan akan memiliki rekening digibank by DBS dan memperoleh cashback senilai Rp 100.000 secara otomatis.
Pemilik rekening digibank by DBS bisa menikmati seluruh keuntungan dari rekening digibank by DBS seperti transfer gratis antar bank, tarik tunai Rp 0 di semua ATM, hingga berbagai kemudahan pembelian e-voucher, top up berbagai e-wallet dan pembayaran tagihan bulanan melalui fitur Bayar Beli digibank by DBS.
Wawan mengatakan sejak rekening Digibank diluncurkan pada 18 bulan lalu, kini sudah memiliki 600.000 pengguna. Khusus untuk kerjasama ini, Wawan tidak menargetkan angka khusus jumlah nasabah baru yang dibidik dari konsumen Home Credit.
Wawan menyebut, kerjasama ini muncul setelah melihat data dari World Bank dimana masih terdapat lebih dari 38% dari total 250 juta penduduk atau lebih dari 95 juta penduduk Indonesia yang belum terjangkau produk bank. Selain itu, hanya 17% penduduk dewasa di Indonesia yang mendapatkan pinjaman langsung dari institusi finansial.
“Kami melihat kesenjangan angka unbanked population yang masih mencapai 38% serta terbatasnya akses pinjaman ke institusi finansial, sementara di sisi lain pesatnya industri fintech di Indonesia yang dipicu tingginya pengguna smartphone yang sudah mencapai 60% sebagai kesempatan untuk melayani masyarakat dengan solusi digital," pungkas Wawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News