Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
BI memandang bahwa rendahnya pertumbuhan kredit lebih disebabkan lemahnya permintaan dari dunia usaha dan juga adanya persepsi risiko dari sisi penawaran perbankan.
Namun, BI memperkirakan pertumbuhan kredit berpotensi akan meningkat pada sektor-sektor seperti Industri Makanan dan Minuman, Industri Logam Dasar, Industri Kulit dan Alas Kaki, di samping sejumlah sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan ekspor.
Baca Juga: OJK: Di Indonesia ada financial gap sebesar US$ 165 miliar
“Kinerja korporasi pada sektor-sektor tersebut serta pada UMKM menunjukan perbaikan, tercermin pada peningkatan indikator penjualan dan kemampuan bayar di dunia usaha,” kata Perry Warjiwo Gubernur BI dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (17/12).
BI akan melanjutkan kebijakan makroprudensial akomodatif, serta memperkuat sinergi dan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, KSSK, perbankan dan dunia usaha untuk mengatasi permasalahan sisi permintaan dan penawaran dalam penyaluran kredit/pembiayaan dari perbankan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas.
Selanjutnya: Kolaborasi dengan KB Kookmin Bank, Bukopin gencar lakukan diversifikasi produk
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News