kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Permintaan kredit konsumsi melaju lebih kencang ketimbang kredit produktif


Minggu, 11 April 2021 / 17:57 WIB
Permintaan kredit konsumsi melaju lebih kencang ketimbang kredit produktif
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi keuangan di kantor cabang Bank Syariah Indonesia (BSI), Tangerang Selatan, Kamis (25/2/2021). (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan kredit perbankan terus menunjukkan perbaikan hingga awal tahun. Kendati demikian, permintaan akan kredit konsumsi lebih deras dibandingkan kredit produktif yang terdiri dari kredit investasi dan modal kerja.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), kredit pada Februari 2021 mengalami penurunan 2,3% year on year (yoy) menjadi Rp 5.417,3 triliun. Berdasarkan jenis penggunaannya, pelemahan penyaluran kredit konsumsi minus 1,2% yoy, lebih baik dibandingkan penurunan kredit modal kerja negatif 3,4% yoy dan kredit investasi yang terkontraksi 1,6% yoy dalam dua bulan pertama 2021. 

Maklum saja, hingga saat ini pemerintah telah banyak memberikan berbagai stimulus UMKM mulai dari penjaminan, subsidi bunga, hingga program kredit usaha rakyat (KUR). Begitupun berbagai bagi kredit konsumer seperti kendaraan bermotor dan kepemilikan rumah.

Baca Juga: Aset Bank Pembangunan Daerah (BPD) terus meningkat sejalan peningkatan kredit

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencermati kredit UMKM mulai mengalami pertumbuhan akibat dampak positif dari stimulus pemerintah untuk UMKM. Stimulus itu meliputi pertambahan Kredit Usaha Rakyat (KUR) maupun subsidi bunga. 

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso bilang kredit segmen menengah dengan rentang plafon Rp 500 juta hingga Rp 25 miliar masih belum tersentuh stimulus. Untuk itu, OJK mengusulkan Program Kredit untuk Usaha Menengah yang bersifat sementara juga mendapatkan skema subsidi bunga maupun penjaminan Pemerintah. 

“OJK mendorong Himbara berbicara dengan Lembaga Penjaminan menetapkan kriteria bersama untuk mempercepat proses penjaminan kredit,” kata Wimboh pada Jumat (9/4). 

Direktur Utama  PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) BSI Hery Gunardi mengamini hal ini. Ia melihat saat pandemi Covid-19, beberapa segmen pembiayaan seperti wholesale memang rendah. Hal ini terkait dengan belum optimalnya operasional produksi di pabrik. 

“Sekarang kan yang banyak itu di konsumer dan gadai. Meskipun, BSI fokus pada tiga segmen yakni wholesale, konsumer, dan UMKM. Nah semua segmen kita tumbuhkan, dalam rencana bisnis bank (RBB) pembiayaan diproyeksi tumbuh antara 7% hingga 8% tahun ini,” papar Hery. 

Baca Juga: Realisasi penyaluran KUR di awal tahun 2021 sudah cukup besar

Hal yang berbeda terjadi pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk membukukan pertumbuhan kredit produktif 3,8% yoy pada Februari 2021. Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto bilang pertumbuhan itu lebih tinggi dibandingkan kredit konsumer yang meningkat 2,2% yoy. 

“Penyumbang pertumbuhan terbesar yakni segmen mikro, dimana BRI hingga saat ini fokus untuk membangkitkan UMKM yang tengah terdampak pandemi,” ujar Aestika kepada Kontan.co.id pada Jumat (9/4).

Lanjut Ia, saat ini rasio kredit produktif mendominasi sebesar 83,7% dibandingkan dengan total kredit BRI, sementara sisanya yakni 16,3% merupakan kredit konsumer. Bank dengan aset paling besar di Indonesia ini mengaku rasio tersebut diproyeksikan tidak akan berubah signifikan hingga akhir tahun. Hal ini selaras dengan strategi BRI yang fokus terhadap pemberdayaan UMKM.

PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk mencatatkan pertumbuhan kredit konsumer berkisar 0,8% yoy sedangkan kredit produktif meningkat berkisar 0,9% yoy hingga Februari 2021. Direktur BWS Sadhana Priatmadja menyatakan pada kuartal pertama 2021, biasanya pertumbuhan kredit memang lebih lambat. 

Baca Juga: BRI Agro fokus bertranformasi secara digital sepanjang 2021

“Maret ini kredit sudah mulai naik, seiring dengan mulai bergeraknya perekonomian. Hingga akhir tahun, penyaluran kredit ke non produktif dijaga di level 35% sesuai ketentuan, sisanya ke produktif,” papar Sadhana kepada Kontan.co.id pada Jumat. 

BWS lebih fokus menyasar kredit kepada sektor industri pengolahan berorientasikan ekspor. Sahdana bilang dalam RBB, target kredit meningkat 10,84% yoy menjadi Rp 33,26 triliun. 

Guna mencapai target itu, bank akan fokus pada perluasan penyaluran kredit untuk perusahaan lokal maupun Korean related dengan grup usaha yang mempunyai reputasi yang baik serta penyaluran kredit sindikasi. Untuk itu, BWS akan membentuk Divisi Corporate Investment Banking yang difokuskan untuk memperluas bisnis dengan konglomerat lokal serta bisnis kredit sindikasi.

Selanjutnya: Targetkan pertumbuhan dua digit di kantor cabang luar negeri, begini strategi BNI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×