Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk optimistis mampu mencapai target dari rencana bisnis bank (RBB) tahun 2022. Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyatakan, pertumbuhan kredit di kuartal kedua akan lebih kuat setelah Lebaran.
“Memang sudah mulai kelihatan banyak sekali permintaan kredit di tahun ini. Sejauh ini kami tidak merevisi target 2022 di kisaran 7% hingga 10%, tapi kenanya mungkin di 8% hingga 9%. Pertumbuhan ini seiring dengan menguatnya komoditas dan perbaikan ekonomi,” ujar Royke dalam Paparan Kinerja Keuangan BNI kuartal 1-2022 secara virtual pada Selasa (26/4).
Lanjutnya, permintaan kredit juga akan ditopang dari sektor infrastruktur listrik dan gas yang sangat tinggi. Lalu dari hilirisasi (downstream) komoditi, seperti pembangunan smelter yang marak. Karena pemerintah mulai banyak larang ekspor yang belum jadi, diharapkan semua proses terjadi di dalam negeri.
“Ini akan jadi mesin pertumbuhan di sektor swasta ke depannya. Jadi akan berasal dari infrastruktur, listrik dan gas, lalu logistik dan hilirisasi komoditi. Belum perlu rasanya untuk ubah target. Tapi kita lihat nanti di kuartal kedua, kalau pertumbuhan cukup tinggi, maka bisa kita lakukan penyesuaian di tengah tahun,” tambahnya.
Baca Juga: BNI Salurkan Kredit Rp 591,68 Triliun Per Kuartal I-2022, Tumbuh 5,8% yoy
Adapun Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini memproyeksi, rasio pendapatan bunga bersih atau net interest margin (NIM) akan dijaga di level 4,5% hingga 4,6%. Hingga kuartal 1-2022, NIM BNI berada di level 4,5%.
“Pertimbangan kami dengan akan fokus menggerakkan kredit yang risiko rendah dan imbangi program cross selling. Sehingga biaya kredit bisa lebih rendah sehingga dengan NIM yang relatif sama dengan akhir tahun tidak akan terlalu berdampak pada profitabilitas BNI,” papar Novita.
Lantaran BNI akan mengimbangi pendapatan bunga bersih dengan pendapatan berbasis komisi alias fee based income (FBI) utamanya dari cross selling. Seiring dengan efisiensi biaya kredit, ,peningkatan kredit, dan kualitas aset diharapkan terus meningkatkan margin di kuartal berikutnya.
Asal tahu saja, Asal tahu saja, BNI berhasil mencatatkan laba lebih tinggi pada kuartal pertama tahun ini mencapai Rp 3,96 triliun. Nilai ini tumbuh 63,2% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,42 triliun.
Pencapaian laba bersih ini dihasilkan dari Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan (PPOP) yang tumbuh kuat 7,3% yoy menjadi Rp 8,5 triliun.
Pendapatan operasional ini bahkan adalah tertinggi yang pernah dihasilkan BNI, lebih tinggi dari pendapatan operasional sebelum pandemi. Selain itu, upaya perbaikan kualitas kredit melalui monitoring, penanganan dan kebijakan yang efektif membuat biaya pencadangan kredit juga turun tajam sebesar 26,1% yoy.
BNI berhasil mencatatkan total baki kredit yang disalurkan sepanjang kuartal pertama 2022 tumbuh 5,8% yoy menjadi Rp 591,68 triliun. Royke menyatakan, posisi tersebut sudah lebih tinggi dari kondisi sebelum pandemi pada kuartal I-2020.
Royke menambahkan, BNI akan terus meningkatkan kinerja kredit dengan rentang pertumbuhan 7% hingga 10% pada tahun ini. Akselerasi kinerja ini akan sangat didukung oleh rencana penyaluran kredit lebih kuat dan berkualitas di semua segmen dan tren positif ekonomi makro seperti kegiatan ekonomi yang lebih terbuka, serta harga komoditas yang kuat.
"Kredit di segmen business banking masih menjadi motor akselerasi bisnis kredit BNI. Pertumbuhan ini terutama pembiayaan ke segmen Korporasi Swasta yang tumbuh 9,9% yoy menjadi Rp 193,2 triliun," ujarnya.
Ia merinci, segmen large commercial yang tumbuh 24,5% yoy menjadi Rp 46,1 triliun. Lalu segmen UMKM juga tumbuh 11,8% yoy dengan nilai kredit Rp 98 triliun.
Royke menyebut, secara keseluruhan kredit di sektor business banking ini tumbuh 4,8% yoy menjadi Rp 489,3 triliun. Kenaikan ekspansi kredit di seluruh segmen tersebut sejalan dengan kondisi perekonomian nasional yang juga sudah mulai pulih.
Baca Juga: Nilai Transaksi BNI Mobile Tembus Rp 175 triliun hingga Maret 2022
Sektor yang dibidik di segmen business banking adalah sektor perdagangan, infrastruktur, dan industri pengolahan. Bahkan, pembiayaan segmen hijau terus menunjukkan kebutuhan pembiayaan dengan ticket size besar sekaligus berkualitas. Hal ini dapat menjadi motor pendorong kredit sindikasi, salah satu penopang kredit korporasi Perseroan.
Dari sisi konsumer, kredit payroll dan kredit kepemilikan rumah membukukan penguatan kinerja positifnya pada awal tahun ini dengan pertumbuhan masing-masing 18,8% dan 8,4% secara yoy. Secara keseluruhan, kredit konsumer tumbuh 11,4% yoy.
"Hal ini dikarenakan brand consumer banking BNI yang terbentuk dengan baik sehingga mampu memberi daya saing yang sangat kuat dalam berkompetisi dengan peers untuk melayani kebutuhan pembiayaan konsumer masyarakat," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News