Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mengakui permintaan kredit valas semakin deras saat ini. Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menyatakan telah melakukan penyesuaian suku bunga simpanan valas dengan besaran 5 basis poin (bps) hingga 30 bps.
“Kita sudah sesuaikan rate kredit valas ini besarannya kisarannya 1% sampai 2%. Ini efektif berlaku sejak 1 Oktober 2022. Penyesuaian suku bunga khususnya deposito valas ini memang dibutuhkan untuk memenuhi tingginya permintaan kredit valas,” ujar Novita, Senin (24/10).
Memang Kenaikan bunga The Fed telah membuat likuiditas valuta asing perbankan mengetat. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), penyaluran kredit valas perbankan mencapai Rp 932,61 triliun hingga Agustus 2022. Nilai ini meningkat 16,71% secara tahunan dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 799,05 triliun.
Baca Juga: Likuiditas Valas Mengetat, Ini Cara Perbankan Cari Sumber Pendanaan
Sedangkan himpunan dana pihak ketiga (DPK) valas hanya tumbuh 11,84% secara tahunan dari Rp 990,67 triliun di Agustus 2021 menjadi Rp 1.107,94 triliun di Agustus 2022. Bahkan, kondisi ini semakin mengetat di September 2022.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan kredit valas di September tumbuh 18,1%, sementara DPK hanya naik 8,4%. Ia menyatakan, bila hanya melihat sumber valas dari DPK saja makan likuiditas valas terkesan terbatas.
“Tapi kalau kita lihat sumber pendanaan dari bank terkait valas itu variasi. Ada berupa pinjaman maupun penerbitan surat berharga. Bahkan surat berharga negara (SBN) yang dimiliki oleh perbankan bisa dilakukan repo untuk dapatkan valas,” ujarnya.
Sejauh ini, ia mengaku bank sentral terus mengamati perkembangan likuiditas valas. BI akan melakukan intervensi pasar bila ternyata supply valas di pasaran semakin terbatas.
Baca Juga: Likuiditas Valas Mengetat, Bank Bisa Manfaatkan Surat Utang hingga Repokan SBN
“Kalau memang benar kalau supplynya terbatas di pasar, kita berusaha stabilitaskan di pasar, karena kita punya fundamental dari rupiah itu sendiri,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News