Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masih belum stabilnya kondisi perekonomian di dalam negeri memberi dampak terhadap kinerja perbankan. Salah satu yang paling terkena dampak yakni bank dengan skala kecil atau bank umum kelompok usaha (BUKU) I dan II dengan modal inti kurang dari Rp 1 triliun sampai di bawah Rp 5 triliun.
Alhasil, bank kecil melakukan revisi target pertumbuhan kredit pada akhir tahun 2018. Salah satunya yakni PT Bank Dinar Indonesia Tbk yang menyatakan pada tahun ini hanya mematok pertumbuhan kredit satu digit atau di kisaran 8,5% dibandingkan pencapain pada tahun 2017.
Direktur Utama Bank Dinar Hendra Lie mengatakan, revisi rencana bisnis bank (RBB) tersebut dilakukan perseroan setelah pihaknya mengalami penurunan permintaan dari sisi kredit.
Bila dibandingkan dengan target kredit pada awal tahun 2018, posisi tersebut terbilang cukup jauh. Pasalnya, bank bersandi emiten DNAR ini sempat mematok pertumbuhan kredit di level 17% pada tahun 2018.
"Sesuai RBB target Desember 2018 naik 8,5% year on year (yoy). Betul, kami revisi dibandingkan RBB awal tahun 17%," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Selasa (4/9).
Selain mengalami penurunan permintaan kredit, Bank Dinar juga mengatakan kalau risiko kredit yang semakin tinggi akibat tren kenaikan suku bunga dan belum stabilnya ekonomi menjadi alasan kedua pihaknya melakukan revisi.
Atas hal itu, untuk mencapai target pada tahun ini Bank Dinar memilih untuk lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit dan mengedepankan prinsip prudensial dalam menjalankan fungsi intermediasi.
"Karena memang penurunan permintaan kredit, dan kami sekarang jauh lebih selektif dan pruden menyalurkan kredit," imbuhnya.
Sementara untuk segmen dan sektor yang menjadi sasaran perseroan dalam menggenjot kredit belum berubah antara lain segmen ritel, UMKM pada sektor perdagangan.
Sebagai catatan, pada paruh pertama 2018 lalu, Bank Dinar tercatat sudah menyalurkan kredit sebesar Rp 1,35 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 2,27% secara yoy dari capaian tahun sebelumnya Rp 1,32 triliun.
Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) Bank Dinar menurut Hendra masih rendah secara net di level 2,2%.
Berbeda dengan Bank Dinar, PT Bank Sahabat Sampoerna (BSS) justru tak berencana mengubah target bisnis pada tahun 2018. Direktur Keuangan BSS Henky Suryaputra mengatakan target sebesar 12%-15% pada tahun ini praktis mampu dilampaui oleh perseroan.
Alasannya, pada semester I-2018 pihaknya dinilai mampu melampaui ekspektasi pertumbuhan perseroan. "Terlepas dari berbagai tantangan, di semester I sedikit di atas proyeksi kami sebelumnya. Karenanya kami belum merasa perlu untuk merevisi pertumbuhan kredit hingga akhir tahun," katanya.
Lebih lanjut, Henky beranggapan meski kondisi perekonomian Indonesia belum stabil, pihaknya yakin ruang untuk penyaluran kredit hingga akhir tahun masih terbuka. "Kami akan tetap fokus pada sektor UMKM. Sektor lain di luar UMKM juga tetap kami layani meski bukan menjadi fokus kami," paparnya.
Sebagai catatan, berdasarkan laporan keuangan Juli 2018 BSS sudah menyalurkan kredit sebesar Rp 6,776 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 8,64% yoy dari realisasi Juli 2017 sebesar Rp 6,23 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News