Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - DENPASAR. Semua bank di Tanah Air pada akhirnya akan menjadi bank digital. Ini sebabnya saat ini merupakan start baru perbankan di era digital. Ibarat rumah makan padang yang tidak akan ditemukan di Padang, bank akhirnya nanti tidak lagi ada embel-embel digital.
Itu sebabnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak mendefinisikan bank digital sebagai suatu bank jenis baru. Bank hanya dibedakan menjadi bank umum dan Bank Pekreditan Rakyat (BPR).
Saat ini sudah banyak bank kecil bertransformasi jadi bank digital. Bank tradisional besar juga tidak mau ketinggalan untuk memasuki persaingan bank digital. Namun, bank besar tidak bisa berhadapan secara langsung dalam persaingan digital. Itu sebabnya mereka melakukan strategi proxi dengan mengakuisisi bank kecil dan menjadikannya sebagai bank digital.
Yang teranyar, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) sedang dalam proses akuisisi bank kecil untuk dikembangkan menjadi bank digital. Perseroan juga bakal menggandeng perusahaan teknologi untuk mengembangkan bank digital tersebut.
Baca Juga: Disumbang sektor manufaktur, kredit perbankan tumbuh 2,21% pada September
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) sudah punya BCA Digital yang beroperasi lewat aplikasi Blu dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) akan memasuki persaingan lewat anak usahanya PT Bank Raya Tbk. Sedangkan bank yang langsung bertransformasi menjadi bank digital di antaranya ada PT Bank Jago Tbk dan Bank Neo Commerce Tbk.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, bank digital sudah menjadi keniscayaan dalam menghadapi persaingan industri perbankan. Saat ini menurutnya merupakan garis permulaan baru pertandingan industri perbankan.
Dia bilang, dalam perlombaan sebelum era digital, pemenangnya merupakan bank-bank besar. Namun, dalam perlombaan persaingan baru ini, bank besar tersebut belum tentu bisa menjadi pemenang meskipun sudha mulai membentuk anak usaha yang bergerak jadi bank digital.
"Pememang-pemang persaingan yang kita lihat selama ini adalah mereka yang sudah visioner sejak awal. Dalam persaingan yang baru dimulai ini, para pemenang kompetisi sebelumnya belum tentu bisa jadi pemenang di era digital ini. Apa yang menjadi keunggulan di masa lalu sudah tidak berlaku di era ini," jelas Piter di Bali (29/10).
Dengan banyak bank sudah mulai memasuki start baru persaingan bank digital, menurut Piter, bank digital yang akan lebih cepat tumbuh dan berkembang adalah bank yang tidak memiliki beban masa lalu seperti Bank Jago.
Piter melihat bank-bank besar memiliki beban masa lalu karena culture merupakan hal yang paling susah diubah dalam bisnis bank. Tidak mudah bagi bank-bank trandisioanal yang memiliki operasional yang luas untuk mengubah budaya SDM menjadi digital.
Selain itu, lanjutnya, tidak gampang juga buat bank untuk mengurangi kantor cabang. Di era digital ini, aset akan menjadi beban bagi bank. Apalagi di bank-bank BUMN tidak mudah bagi mereka untuk menjual aset-asetnya karena ada regulasi yang membatasi.
Kendati bank-bank yang tidak punya beban masa lalu bisa berlari lebih cepat di awal, namun hal itu bukan jaminan juga mereka bisa jadi pemenang.
Menurut Piter, pemenangnya akan sangat tergantung pada ketahanan dan konsistensi mereka melakukan inovasi. "Tapi saat ini belum tahun siapa yang akan jadi pemenang karena ini persaingannya maraton," imbuhnya.
Selanjutnya: Sejumlah bank besar optimistis penyaluran kredit bisa tumbuh lebih tinggi di 2022
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News