Reporter: Issa Almawadi | Editor: Roy Franedya
JAKARTA. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) perlu segera berbenah untuk mengantisipasi ekspansifnya bank umum dalam penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Jika tidak berbenah, bisnis BPR berpotensi tergerus karena bank umum memiliki modal yang lebih besar ketimbang BPR.
Ketua Umum Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat (Perbarindo) Joko Suyanto mengatakan, agar dapat bersaing dengan bank umum maka BPR harus melakukan dua pembenahan. Pertama, pembenahan teknologi informasi (TI). Selama ini, BPR kurang mengembangkan hal ini karena memiliki biaya yang mahal dan masih bisa ditangani secara manual. "Sekarang ini BPR harus dimodernisasikan agar mampu bersaing," ujarnya akhir pekan lalu.
Kedua, peningkatan permodalan. Hal ini seiring dengan rencana Bank Indonesia (BI) meningkatkan permodalan minimum sesuai dengan daerah operasional seperti halnya bank umum.
BI berencana menaikkan modal minimum dari Rp 5 miliar menjadi Rp 10 miliar bagi bank yang beroperasi di zona satu di wilayah Jakarta, Bali, Depok, Bekasi dan Tangerang. Adapun zona dua dan tiga masing-masing menjadi Rp 6 miliar dan Rp 4 miliar. "Permodalan yang kuat dan besar akan membuat BPR leluasa menyalurkan kredit dan menyerap risiko karena menyalurkan kredit UMKM memiliki risiko yang tinggi meskipun untungnya tinggi pula," tandas Joko.
Di sisi lain, aksi agresif bank umum menyalurkan kredit UMKM dipicu oleh aturan lisensi berjenjang bank yang dirilis BI. Dalam beleid ini, BI mewajibkan bank umum menyalurkan minimal 20% kredit UMKM atau 10% kredit mikro dari total penyaluran kredit.
BPR sebenarnya memiliki keungggulan dalam bisnis ini. Yakni, cabang yang menjangkau hingga pelosok dan sumber daya manusia (SDM) yang memadai. Namun kemapanan ini terancam sebab bank besar gencar mendirikan cabang hingga pelosok dan mendirikan pusat pelatihan untuk melatih SDM.
Per Maret 2013, total kredit yang disalurkan BPR mencapai Rp 52 triliun dengan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 14 triliun. Adapun total jumlah BPR di Indonesia mencapai 1.651 BPR yang didukung oleh 4.469 kantor.
Sri Adiningsih, Ekonom dari Universitas Gajah Mada (UGM), tetap optimistis bisnis BPR akan tumbuh. Sebab, setiap tahun ada sekitar satu juta usaha mikro yang muncul di Indonesia. Saat ini ada sekitar 55 juta usaha mikro dengan jumlah pekerja sekitar ratusan juta orang. "Kebutuhan kredit UMKM masih besar. Persaingan bagus agar bank semakin efisien " ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News