kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertumbuhan asuransi kerugian bisa mencapai 20%


Jumat, 01 Oktober 2010 / 07:30 WIB
Pertumbuhan asuransi kerugian bisa mencapai 20%


Reporter: Roy Franedya, Christine N. Nababan | Editor: Test Test

JAKARTA. Perekonomian Indonesia yang kian membaik membuat pelaku industri asuransi kerugian yakin premi mereka tahun ini akan tumbuh mencapai 20% menjadi Rp 27,76 triliun dibandingkan 2009, yakni sebesar Rp 23,14 triliun.

Pertumbuhan tersebut, kata Ketua Hubungan Antar Lembaga dan Anggota Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Julian Noor, sejalan dengan pertumbuhan perekonomian. Tahun ini, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6 %. "Pertumbuhan terutama tertopang pembangunan proyek infrastruktur yang tengah gencar dilakukan pemerintah. Sebab, pembangunan proyek infrastruktur itu tentunya membutuhkan perlindungan asuransi untuk menutup risiko," ujar Julian kepada KONTAN, Rabu (29/9).

Di akhir 2009 lalu, pendapatan premi industri asuransi umum ditopang dua bisnis utama, yakni properti dan kendaraan bermotor. Kedua unit bisnis itu mampu berkontribusi masing-masing sekitar 32,36% dan 27,36% terhadap total pendapatan premi sebesar Rp 23,14 triliun.

Nah, untuk tahun ini, kedua lini bisnis tersebut diperkirakan masih akan menjadi jawara penopang utama dari pendapatan premi industri asuransi umum secara keseluruhan. "Untuk itu, tiap pelaku industri perlu memanfatkan semua potensi bisnis yang ada," lanjut dia.

Informasi saja, hingga Juni 2010, asuransi kerugian berhasil mengumpulkan premi sebesar Rp 16,38 triliun. Angka ini naik 71,6% ketimbang periode yang sama di 2009 sebesar Rp 9,57 triliun.

Perang Tarif

Ternyata, besarnya peluang menyebabkan persaingan di industri asuransi kerugian kian sengit. Direktur Teknik Asuransi Umum Sinarmas, I Ketut P Swastika mengaku, saat ini terjadi perang tarif di industri asuransi properti.

Namun I Ketut tak menjelaskan lebih detail soal perang tarif ini. Yang pasti, pelaku usaha berlomba-lomba menurunkan penawaran mereka demi menggenjot perolehan premi asuransi properti miliknya seiring perkembangan pembangunan properti.

Maklum, I Ketut bilang, permintaan asuransi di sektor properti dan kendaraan bermotor masih sangat tinggi. "Karena itu pertumbuhan premi asuransi kerugian akan bisa menembus 20% ," jelas dia.

Sementara terkait kinerjanya, anak usaha Sinar Mas ini berhasil memanen untung dengan mencatat laba sebesar Rp 205 miliar hingga Agustus 2010. Pencapaian itu melampaui target laba perusahaan sebesar Rp 200 miliar sepanjang tahun ini.

Sementara untuk premi, Chief Financial Officer Asuransi Sinar Mas Njoman Sudartha mengaku, nilai yang berhasil mereka raih sebesar Rp 2,34 triliun, dengan penyumbang terbesar dari asuransi kebakaran, sebesar Rp 1,036 triliun. Diikuti kendaraan bermotor Rp 657 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×