Reporter: Mona Tobing, Agustinus Beo Da Costa |
JAKARTA. Dari sisi nilai, aset industri multifinance memang masih tertinggal jauh dibandingkan dengan asuransi. Per Desember 2012, perusahaan pembiayaan hanya membukukan aset Rp 341,77 triliun. Bandingkan dengan aset industri asuransi yang mencapai Rp 534,11 triliun per September 2012.
Namun, dari sisi laju pertumbuhan, multifinance terlihat paling kencang. Kondisi ini berlangsung sejak 2009, terdorong booming penjualan kendaraan bermotor.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, aset multifinance tumbuh 95% sejak 2009 hingga 2012. Sementara asuransi hanya tumbuh 66% pada kurun waktu yang sama.
Pertumbuhan tertinggi terjadi tahun 2010, setahun sebelum Bank Indonesia (BI) merilis kebijakan yang menaikkan uang muka kredit otomotif. Saat itu, aset industri pembiayaan melonjak 32%, sedangkan aset asuransi dan dana pensiun masing-masing hanya naik 26% dan 14%.
Melejitnya pertumbuhan aset multifinance ini didorong kondisi ekonomi makro yang bagus dan daya beli konsumen yang tinggi. Efrinal Sinaga, Direktur PT Al Ijarah Finance (Alif), mengatakan selama tiga tahun terakhir, industri otomotif tengah naik daun. "Sehingga bisnis pembiayaan ikut tumbuh. Kondisi makro juga mendukung," kata Efrinal, Senin (25/3).
Tuasah Saragih, Kepala Divisi Direktorat Pengawas Lembaga Pembiayaan OJK, mengatakan penopang kenaikan aset multifinance dalah pembiayaan sewa guna usaha yang tumbuh di atas 40%, di tahun 2010 hingga 2011. Sedangkan pembiayaan konsumen meningkat 19% sejak 2010 sampai 2012.
Faktor pemicu pertumbuhan lain adalah melimpahnya sumber pendanaan. Kondisi ini memungkinkan industri menggenjot pembiayaan. "Pendanaan dari bank dan pasar modal yang mudah diraih, mendorong multifinance meningkatkan kapasitas penyaluran pembiayaan," timpal Roni Haslim, Direktur Utama BCA Finance.
Meski aset terus melejit sejak tiga tahun terakhir, multifinance mulai pesimistis menatap hari depan. Sejumlah kalangan memprediksi, tahun depan aset industri ini belum tentu akan tumbuh seperti tahun sebelumnya. Efrinal mengatakan, peraturan uang muka kendaraan sebagai batu sandungan pertumbuhan. "Tahun ini pertumbuhan aset atau pembiayaan bisa lebih rendah ," kata Efrinal.
Apalagi ditambah Peraturan Bank Indonesia (PBI) untuk uang muka kredit konsumsi bank syariah yang berlaku mulai April mendatang. Dampaknya akan terjadi pada bisnis joint financing multifinance dengan bank syariah. "Pembiayaan motor dan mobil akan kembali turun. Sedangkan pembiayaan alat berat juga belum stabil karena harga komoditas belum juga membaik," kata Efrinal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News