Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Regulator menyebut likuiditas perbankan tanah air begitu longgar. Walau demikian, bank tetap mengoptimalkan likuiditas tersebut dalam menyalurkan kredit dan menempatkannya di surat berharga negara (SBN).
Berdasarkan data Kemenkeu, kepemilikan surat berharga negara (SBN) oleh perbankan per 24 Oktober 2023 mencapai Rp 1,630.64 triliun. Nilai ini terlihat menyusut 1,81% secara tahunan atau year on year (YoY) dari 24 Oktober 2022 yang mencapai Rp 1,660.93 triliun.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo juga meminta perbankan untuk semakin gencar menyalurkan kredit, daripada ditaruh di Surat Berharga Negara, kendati BI menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6%.
Baca Juga: Pembiayaan Utang Turun Tajam 58,6%, Menjadi Rp 198,9 Triliun
Sebab, kata Perry kenaikan suku bunga acuan diiringi dengan berbagai kebijakan BI yang mendorong banjirnya likuiditas di perbankan, seperti melalui Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) dan penurunan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM).
Hal ini diamini oleh sejumlah perbankan seperti bank bjb yang mengakui, pembelian SBN sepanjang 2023 lebih sedikit jika dibanding periode yang sama tahun lalu atau turun 11,2%.
"Hal ini sejalan dengan penyaluran kredit yang mampu tumbuh dengan baik. Dimana per September 2023 kredit bjb tumbuh 10,22% menjadi Rp 124,99 triliun dari penyaluran kredit tahun lalu Rp 113,40 triliun dengan kualitas kredit yang tetap terjaga," ungkap Direktur Utama (Dirut) Bank BJB Yuddy Renaldi kepada kontan.co.id, Kamis (26/10).
Yuddy memproyeksikan, sampai dengan akhir tahun 2023 penempatan dana pada instrumen SBN akan bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan terkini kondisi market dan kondisi likuiditas bank bjb, yang terus dipantau sehingga dapat memanfaatkan momentum untuk mendapatkan imbal hasil yang tinggi serta meningkatkan fee based income bank.
Baca Juga: BI: Arus Modal Asing Hengkang Rp 5,36 Triliun pada Pekan Ketiga Oktober
Sementara, Hera F. Haryn, Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA mengatakan, bahwa pihaknya senantiasa mengelola likuiditas secara prudent serta mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dalam penerapan manajemen risiko. Per September 2023, total dana yang ditempatkan di surat berharga mencapai Rp 310,40 triliun.