Reporter: Inggit Yulis Tarigan | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Praktisi dan Pengamat Industri Pembiayaan, Jodjana Jody menilai pertumbuhan pembiayaan alat berat tahun ini masih akan terbatas, terlepas dari data Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) yang mencatat produksi alat berat nasional naik 33,65% sepanjang semester I-2025.
Pasar alat berat saat ini masih didominasi sektor pertambangan dengan porsi lebih dari 50%. Pada semester I-2025, permintaan dari sektor ini masih tergolong baik.
“Namun, ada potensi perlambatan pada semester II seiring tren harga komoditas seperti batu bara dan nikel yang cenderung melambat,” terang Jody kepada Kontan, Minggu (14/9/2025).
Baca Juga: Batas Penyaluran Modal Usaha Ditingkatkan hingga Rp 10 Miliar, Ini Kata Adira Finance
Selain tambang, permintaan alat berat dari sektor pertanian seperti kelapa sawit cenderung stabil. Meski begitu, ia menilai risiko geopolitik bisa menjadi faktor yang memengaruhi minat investasi di sektor ini.
“Untuk market size alat berat diperkirakan tahun ini mencapai 15.000-16.000 unit,” jelasnya.
Sementara itu, permintaan dari sektor konstruksi diperkirakan masih flat, sejalan dengan melambatnya perekonomian. Ia menambahkan, sejumlah proyek pemerintah seperti pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) juga banyak mengalami hambatan.
“Janji pemerintah untuk membangun 3 juta rumah sebenarnya bisa menjadi katalis positif, namun ini tergantung pada kecepatan birokrasi,” ungkapnya.
Dengan kondisi tersebut, ia memperkirakan tahun ini cukup menantang dan kenaikan pembiayaan alat berat pada 2025 akan berada di bawah dua digit.
Baca Juga: Kinerja Pembiayaan Modal Kerja Multifinance Tampil Menawan
Selanjutnya: Kondisi SAL yang Menipis Rentan Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi Global
Menarik Dibaca: Daftar 7 Film Biografi Tokoh Dunia Ternama dan Berpengaruh, Sudah Nonton Semua?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News