Sumber: Antara | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Kendati akan mendirikan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Banten, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten tetap akan memegang saham di Bank Jabar Banten (BJB).
"Saya sudah betemu dengan Pak Rano, Gubernur Banten, menyatakan Banten tetap gabung di Bank BJB, bahkan ia mau menambah penyertaan modalnya di BJB," kata Direktur Bank BJB Ahmad Irfan di Denpasar, Bali, Minggu malam (29/11).
Ia menyebutkan, kebijakan pembentukan BPD oleh Pemprov Banten melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Banten, PT Banten Global Development (BGD) merupakan hak dari pemerintah daerah.
Karena telah dianggarkan, maka menurut Irfan, langkah pembentukan BPD Banten itu sudah dipastikan akan terbentuk.
Namun sejauh ini, kata Irfan tidak ada pembicaraan yang mengarah untuk melepas kepemilikannya di Bank BJB. Bahkan adanya respon untuk melakukan penambahan modal di Bank BJB. Dengan demikian, Pemprov Banten tetap menjadi bagian dari bank BPD pertama yang masuk pasar modal itu.
Ia menyatakan, tidak khawatir, pembentukan BPD Banten bisa mempengaruhi kinerja Bank BJB dalam menjalankan ekspansi bisnisnya. Menurut dia, tidak mudah untuk membentuk sebuah bank daerah, butuh kajian yang dalam.
Berdasarkan laporan keuangan BKB kuartal III 2015, kompisisi kepemilikan saham seri A Pemprov Banten sebesar 5,37%.
Kepemilikan saham seri A terbesar yakni Pemprov Jabar 38,26% dan pemerintah kabupaten/kota sebesar 7,76%.
Sedangkan kepemilikan saham seri B 5,8% dimiliki oleh investor ritel yakni 5,74% dimiliki oleh investor institusi, 0,02% dimiliki oleh investor ritel luar negeri dan 13,44% dimiliki investor institusi luar negeri.
Pada kesempatan itu, Ahmad Irfan menegaskan Bank BJB akan terus meningkatkan kinerjanya pada 2016 dengan membangun fondasi yang lebih kuat untuk pertumbuhan yang berkualitas.
Untuk pertumbuhan bisnis dan peningkatan profitabilitas, menurut Irfan pihaknya akan mendorong peningkatan komposisi dana pihak ketiga, kualitas layanan, pertumbuhan kredit yang optimal dalam meningkatkan pasar, peningkatan fee based income dan laynan bacassurance.
Dirut Bank BJB menargetkan pertumbuhan kredit pada 2016 sebesar 14%, pertumbuhan DPK sebesar 13,5%, penurunan NPl di bawah 2,3%, LDR 92% dan CAR 16,5%.
"Hingga triwulan ke tiga, kami telah membukukan laba bersih senilai Rp 864 miliar atau meningkat 20,6%. Dengan angka itu BJB menempati pertumbuhan laba di posisi kedua secara nasional," kata Irfan.
Lebih lanjut, ia menyebutkan, kinerja hingga kuarter III 2016 penghimpunan dan pihak ketiga Rp 81,9 triliun dengan total asset Rp 95,6 triliun. Selain itu ekspansi penyaluran kredit terus dilakukan dengan mengedepankan produk unggulan konsumer serta sindikasi.
"Ke depan Bank BJB akan ikut dalam setiap pembiayaan program infrastruktur yang dibiayai APBN atau APBD di Jawa Barat, salah satunya jalan tol melalui konsorsium," katanya.
Di sisi lain, Bank BJB terus meningkatkan jumlah nasabah selain mengoptimalkan pemasaran, juga melakukan kerja sama dengan sejumlah institusi pemerintah maupun lembaga seperti dengan Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama. Kerja sama itu kata Irfan akan dilanjutkan dengan institusi lainnya.
"Saat ini jaringan Bank BJB sudah tersebar ke seluruh Indonesia, sehingga dapat mendukung pencapaian visi Bank BJB menjadi 10 bank terbesar dan berkinerja baik di Indonesia," kata Dirut Bank BJB itu menambahkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News