kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.287.000   27.000   1,19%
  • USD/IDR 16.718   -17,00   -0,10%
  • IDX 8.337   18,53   0,22%
  • KOMPAS100 1.160   0,24   0,02%
  • LQ45 848   0,76   0,09%
  • ISSI 288   1,37   0,48%
  • IDX30 443   -2,30   -0,52%
  • IDXHIDIV20 511   -0,47   -0,09%
  • IDX80 130   0,11   0,09%
  • IDXV30 137   0,41   0,30%
  • IDXQ30 141   -0,81   -0,57%

Proyeksi Inflasi Medis Indonesia di 2026 17,8%, Tertinggi di Asia Tenggara


Kamis, 06 November 2025 / 23:10 WIB
Proyeksi Inflasi Medis Indonesia di 2026 17,8%, Tertinggi di Asia Tenggara
ILUSTRASI. 63% perusahaan asuransi mempertimbangkan mengurangi hal-hal yang di-cover. 


Reporter: Harris Hadinata | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tampaknya inflasi medis masih bakal menghantui bisnis asuransi di Indonesia tahun depan. Menurut laporan yang dibuat Mercer Marsh Benefits (MMB) dan dipublikasikan Kamis (6/11), perusahaan asuransi di Asia memprediksi biaya tarif medis meningkat 12,5% tahun depan.

Kenaikan biaya medis tertinggi diprediksi terjadi di Indonesia, yakni mencapai 17,8% di tahun depan. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan proyeksi kenaikan biaya yang terjadi di Malaysia, yakni sekitar 15%, juga lebih tinggi dari Filipina yang diprediksi sekitar 16% serta dari Thailand, yang diprediksi sekitar 14,6%.

MMB menilai, kondisi ini juga bisa mempengaruhi bisnis. "Tren medis dua digit yang meluas di seluruh Asia pada tahun ini merupakan peringatan, pemotongan tunjangan kesehatan mungkin meringankan anggaran saat ini, tetapi mengalihkan risiko keuangan kepada karyawan dan melemahkan retensi,” papar Steven Yu, MMB Asia Leader, dalam keterangan resmi, Kamis (6/11).

Baca Juga: Inflasi Medis Meningkat, Inovasi Solusi Proteksi Kesehatan Terjangkau Dibutuhkan

Tingkat kenaikan biaya medis ini jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi di negara-negara tersebut. Di Indonesia misalnya, proyeksi inflasi adalah 2,5% plus minus 1%. Artinya, proyeksi inflasi medis tahun depan tersebut sekitar tujuh kali lebih tinggi dari inflasi.

MMB mendapati, potensi kenaikan biaya medis yang lebih tinggi tersebut berarti meningkatnya biaya perusahaan, berkurangnya perlindungan karyawan, dan potensi risiko retensi talenta.

MMB juga mencatat, 63% perusahaan asuransi di Asia mengkaji kemungkinan mengurangi pertanggungan dan hal-hal yang di-cover asuransi tahun depan. Ini dilakukan untuk mengendalikan risiko. Jumlah perusahaan asuransi yang mempertimbangkan ini naik dari 43% di tahun ini.

Selanjutnya: Jadwal Korea Masters 2025, Tiga Wakil Indonesia Debut Menuju Partai Semifinal

Menarik Dibaca: Jadwal Korea Masters 2025, Tiga Wakil Indonesia Debut Menuju Partai Semifinal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×