Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Handoyo .
Meski demikian hal tersebut akan tetap dilakukan oleh bank berlogo pita emas ini. Sebab, kata Jasmin pertumbuhan transaksi sejatinya telah terlihat kala uang elektronik milik perseroan yatu e cash melebur menjadi LinkAja bersama bank pelat merah lainnya. Sedangkan hingga Juni 2019 transaksi EDC Bank MAndiri telah mencapai 95 juta kali, dengan pertumbuhan 9%-10%.
“Sejak Maret 2019 ketika mesin EDC kami sudah bisa menerima pembayaran via LinkAja hingga Juli 2019 rata-rata transaksinya mencapai 300.000 kali per bulan,” lanjutnya.
Adapula PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) yang telah memproyeksikan implementasi QRIS akan mendorong pendapatan komisinya hingga 20%. Padahal, perseroan baru pada Sabtu (17/8) lalu meluncurkan uang elektronik berbasis server yang bisa digunakan via platform kode QR.
“Saat ini posisi pendapatan komisi kami itu sekitar 12%-13% dibandingkan pendapatan bunga. Dengan ekspansi digital, termasuk implementasi QRIS kami berharap bisa meningkatkan pendapatan komisi hingga 35%, atau tumbuh sekitar 20% lebih,” papar Direktur IT, Treasury, dan International Banking BJB Rio Lanasier di Bursa Efek Indonesia, Senin (19/8).
Baca Juga: BEI targetkan semester I-2020 green index dapat diluncurkan
Rio optimistis sebab implementasi QRIS sejatinya seiring dengan pengembangan pintar. Pun jumlah penduduk Jawa Barat dan BAnten yang besar disebutnya juga menjadi nilai tambah bagi ekspansi digital perseroan.
“Target kami nantinya seluruh pasar trandisional di Jawa Barat dan Banten bisa menggunkan produk kami. Juga dengan pengembangan smart city untuk membayar transportasi misalnya. Saat ini pangsa pasar kami di Jawa Barat dan Banten baru sekitar 10%, dengan adanya ekspansi digital yang kami lakukan kami berharap bisa mencapai 50%,” lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News