Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Semarak pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) membawa berkah bagi perbankan. Dana yang berhasil dikumpulkan oleh emiten ini ditempatkan di perbankan sebagai dana pihak ketiga (DPK).
Bukalapak misalnya berhasil menghimpun dana segar senilai Rp 21,9 triliun pada perhelatan IPO di Agustus 2021. Berdasarkan laporan keuangan Bukalapak, tercatat penempatan dana di perbankan mencapai Rp 23,63 triliun per September 2021.
E-commerce ini menempatkan dana kas dan setara kas senilai Rp 7,43 triliun di Bank Mandiri. Lalu senilai Rp 1,89 triliun di Bank DBS Indonesia. Bank Central Asia (BCA) juga kebagian sebesar Rp 96,47 miliar. Lalu senilai Rp 34,37 miliar di Bank BRI.
Baca Juga: Permintaan kredit lesu, BCA siapkan jurus untuk jaga profitabilitas
Archi Indonesia Tbk (ARCI) juga meraup dana segara Rp 2,79 triliun dari IPO. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III 2021 , emiten tambang ini juga menempatkan dana di Bank Mandiri tercatat US$ 653.518 juta dan di Bank BCA sebesar US$ 52.318 juta.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menyatakan penempatan dana IPO di bank untuk kenyamanan dan keamanan serta investasi kecil-kecilan. Penempatan dana tersebut kebanyakan di deposito walaupun juga ada di giro.
“Keuntungan buat bank sebenarnya hanya likuiditas saja. Apalagi kalo tersimpan dalam giro sebagai dana murah. Karena saat ini penyaluran kredit belum tumbuh signifikan. Maka bank perlu memikirkan saluran investasi dalam instrumen lain sehingga dana dana tersebut tidak menjadi idle fund buat bank,” ujarnya kepada Kontan.co.id pada Rabu (1/12).
Menurutnya, bank juga tidak akan mengincar transaksi turunan dari penempatan dana itu. Sebab hanya berimbas kecil kepada pendapatan berbasis komisi bank.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News