Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah Bank Jumbo atau kelompok bank bermodal inti (KBMI) IV mencatatkan penurunan rasio biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) sepanjang tahun 2023. Untuk diketahui, semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisiennya perbankan dalam menjalankan usahanya.
Berdasarkan laporan keuangannya, PT Bank Central Asia (BCA) mencatatkan penurunan rasio BOPO menjadi 43,76% turun 278 basis poin (bps) dibandingkan rasio BOPO pada periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di level 46,54%. Kemudian, rasio BOPO PT Bank Mandiri turun 547 bps dari 57,35% pada 2022 menjadi 51,88% pada 2023.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) juga mencatatkan penyusutan rasio BOPO 23 bps, dari 68,63% pada 2022 menjadi 68,40% pada 2023. Selain itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatatkan rasio BOPO di level 68,21% pada akhir 2023, turun 89 bps dari periode yang sama tahun sebelumnya 69,10%.
Adapun, BCA menjadi bank dengan rasio BOPO terkecil. Artinya, bisnis BCA lebih efisien dibandingkan dengan bank jumbo lainnya.
Baca Juga: Laba Tumbuh 33%, BSI Berhasil Cetak Kinerja Impresif
Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan, penurunan ini sejalan dengan biaya pencadangan penurunan nilai aset yang lebih rendah. Berdasarkan laporan keuangan perseroan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) aset keuangan perseroan berada di level 2,75% pada 2023, lebih rendah dari 2022 yang berada di level 3,01%.
"Lebih baik melihat rasio beban operasional terhadap pendapatan bunga bersih alias cost to income ratio (CIR) apabila melihat dari segi efisiensi operasional karena tidak dipengaruhi tinggi atau rendahnya biaya pencadangan. CIR relatif terjaga sebesar 33,8%, relatif flat dengan tahun lalu. Perlu kami sampaikan bahwa CIR telah improve dibandingkan periode sebelum pandemi yakni di atas 42%," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (5/2).
Menurutnya, penurunan CIR juga sejalan dengan optimalisasi layanan transaksi perbankan digital dan transaksi non tunai serta berbagai upaya lainnya. Kedepan, pihaknya berupaya menjaga CIR tidak terlalu berbeda dengan rasio tahun sebelumnya.
"Kami menjaga keseimbangan antara income, biaya operasional dan kebutuhan investasi yang berkelanjutan," tandasnya.
Adapun Corporate Secretary Bank Mandiri Teuku Ali Usman mengakui, semenjak tiga tahun terakhir, Bank Mandiri telah membangun fundamental yang solid dengan strategi yang tepat, sehingga sangat terlibat bahwa Bank Mandiri mencatatkan perbaikan kinerja di tahun 2023 dengan sangat baik.
"Dalam menjaga pertumbuhan kinerja, kami akan meneruskan strategi yang telah kami jalankan untuk meningkatkan efisiensi bisnis serta menjaga peningkatan kinerja yang maksimal," ujarnya.
Di antaranya, terus memperkuat core competence Bank Mandiri di segmen wholesale dan memaksimalkan potensi bisnis dari ekosistemnya, tumbuh di segmen retail melalui pendekatan value chain berbasis ekosistem dan sektor unggulan di masing-masing wilayah.
Baca Juga: Rasio BOPO di Atas 100%, Akseleran Targetkan Tahun Ini Turun Jadi 80%
Selain itu, melanjutkan pengembangan inisiatif digital yang progresif terutama untuk mendorong pertumbuhan dana murah (Current Account Saving Account/CASA), serta meningkatkan sinergi dengan perusahaan anak untuk mempercepat pertumbuhan dan digitalisasi.
Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi juga menyebut, digitalisasi berdampak positif terhadap efisiensi perseroan, baik dari sisi bisnis dan operasional. Selain dari rasio BOPO, tercatat rasio CIR juga membaik dari semula 47,38% di akhir tahun 2022 menjadi 41,89% pada akhir tahun 2023. Di tahun ini, CIR BRI juga akan dijaga di level 41%-42%.
"Terkait efisiensi, BRI akan fokus pada penghimpunan dana murah sebagai upaya untuk menekan biaya dana. Selain itu, BRI juga akan terus mendorong digitalisasi agar meningkatkan efisiensi dan efektivitas baik dalam proses bisnis dan operasional," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News