kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.774   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Resmi merger, begini peta bisnis Bank BTPN ke depan


Jumat, 01 Februari 2019 / 14:02 WIB
Resmi merger, begini peta bisnis Bank BTPN ke depan


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank BTPN Tbk resmi beroperasi sebagai bank hasil penggabungan usaha (merger) antara PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI).

Manajemen baru yang dinakhodai oleh Ongki Wanadjati Dana menjelaskan, BTPN akan menjadi bank universal yang memiliki bisnis lebih lengkap dan melayani segmen nasabah lebih luas. Terutama untuk segmen ritel (mass market) hingga korporasi.

"Bank hasil merger merupakan perpaduan ideal antara BTPN yang fokus pada segmen mass market dan usaha kecil menengah (UKM), dengan SMBCI yang fokus di segmen korporasi," ujarnya di Kantor Pusat BTPN, Jakarta, Jumat (1/2).

Menurutnya, ada tiga strategi utama yang bakal menjadi fokus perusahaan pasca merger. Pertama, yakni memastikan proses integrasi dan sinergi kedua bank berjalan lancar.

Kedua, fokus dalam mengembangkan bisnis utama yakni bisnis pensiunan, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) serta lebih mendorong perbankan digital melalui BTPN Wow! dan Jenius. Sekaligus bisnis korporasi SMBCI.

Di samping itu, bank hasil merger ini juga akan mulai menjajal segmen pasar baru yang selama ini belum tersentuh, seperti segmen korporasi menengah dan UKM yang lebih besar alias segmen komersial. Lewat cara ini, Ongki optimistis kinerja perusahaan akan lebih cemerlang dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Ketiga, di bidang perbankan digital, BPTN menegaskan akan tetap konsisten melanjutkan inovasi dan transformasi. Salah satunya dengan memperbesar skala model bisnis BTPN Wow! dan Jenius sebagai platform utama untuk menjaring nasabah yang lebih luas.

"Sementara itu, transformasi dilakukan dengan digitalisasi pada bisnis pensiun, mikro, kecil dan menengah untuk meningkatkan produktivitas yang lebih kompetitif," terangnya.

Ongki mengisyaratkan, dari total portofolio kredit, nantinya sebanyak 50% bakal dialihkan ke segmen korporasi. Sementara sisanya masuk ke segmen UMKM dan Pensiunan.

"Dari 50% sisanya, sekitar 15% akan kami fokuskan ke UMKM dari total portofolio bank hasil merger," ungkapnya.

Sebab menurutnya, dengan permodalan yang lebih tebal maka otomatis Bank BTPN bisa menggapai nasabah dengan lingkup yang lebih luas, terutama di kawasan luar Jakarta.

Sekadar informasi saja, sampai dengan akhir 2018 lalu BTPN tercatat membukukan kredit sebesar Rp 60,85 triliun (bank only). Bila dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya, realisasi tersebut baru tumbuh tipis 2,63% secara year on year (yoy).

Meski begitu, akhir tahun lalu BTPN memang sudah membukan total aset Rp 101,91 triliun atau tumbuh 6,73% secara yoy. Selain dari sisi kredit, pertumbuhan ini juga ditopang dari dana pihak ketiga (DPK) yang naik 3,48% yoy dari Rp 62,66 triliun menjadi Rp 64,85 triliun

Di sisi lain, perolehan laba bersih BTPN tahun lalu cukup signifikan mencapai Rp 2,25 triliun atau tumbuh 58,83% dari periode tahun sebelumnya Rp 1,98 triliun.

Adapun rasio keuangan (bank only) tahun lalu relatif stabil, seperti rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) yang mencapai 24,91%. Selain itu tingkat kredit macet alias non performing loan (NPL) juga dijaga rendah 0,95% secara gross sekaligus net interest margin (NIM) sangat tinggi di 11,63%.

Pasca merger, kinerja Bank BTPN pun menjadi lebih besar. Berdasarkan catatan BTPN total aset kini menjadi Rp 189,92 triliun. Ditopang dari kredit yang menjadi Rp 133,25 triliun dan DPK Rp 98,97 triliun.

Total laba setelah pajak praktis naik menjadi Rp 2,96 triliun. Namun, rasio CAR sedikit menurun menjadi 22,9%. Sedangkan, NPL membaik di 0,7% serta rasio likuiditas (loan to funding ratio/LFR) terjaga di 86%.

Sayangnya, Ongki belum dapat menjabarkan target pencapaian kredit maupun rasio keuangan tahun ini. Hanya saja, pihaknya menuturkan realisasi kredit dan kinerja tahun ini diupayakan sejalan dengan pertumbuhan kredit secara industri.

"Kami inline dengan industri, pertumbuhannya sejalan dengan 10 bank besar paling tidak," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×