Reporter: Vina Destya | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Infovesta Utama atau Infovesta merilis data terbaru atau data sampai 29 September 2023 terkait produk unitlink. Dalam data tersebut, rata-rata imbal hasil unitlink saham yang tercatat dalam Infovesta Equity Unit Linked Index minus 1,77%.
Jika dibandingkan dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), angka tersebut masih lebih rendah dimana IHSG di bulan September hanya turun 0,26%.
Sama halnya dengan rata-rata unitlink pendapatan tetap yang mencatatkan minus 1,22%, unitlink campuran juga sebesar minus 1,27% dan unitlink pasar uang yang minus 0,10%.
Baca Juga: Allianz Life Syariah Gandeng Laznaz untuk Kelola Wakaf Asuransi Nasabah
Terkait hal ini, Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Anggi mengatakan bahwa penurunan kinerja unitlink lebih rendah dibandingkan dengan underlying aset dasar disebabkan lebih banyak produk unitlink yang mencatatkan pelemahan dibandingkan yang alami penguatan.
“Sehingga kondisi ini turut menekan bobot penurunan indeks unitlink lebih dalam untuk setiap instrumennya,” ujar Nicodimus pada Kontan, Jumat (6/10).
Nicodimus juga mengatakan bahwa secara bulanan, kondisi di semua jenis unitlink memang sedang menurun disebabkan juga oleh market atau pasar sedang kurang bertaji dalam kurun satu bulan terakhir.
Mayoritas instrumen seperti saham dan obligasi kompak tertekan sehingga berpengaruh pada performa unitlink. “Dari denominasi USD juga turun karena mayoritas unitlink yang punya underlying saham di USD juga turun,” tambahnya.
Baca Juga: Ramai Luncurkan Produk Baru, Asuransi Jiwa Dorong Pertumbuhan Premi
Kendati demikian, di bulan November dan Desember mendatang produk unitlink bisa bergerak rebound seiring proyeksi akan rebound nya underlying baik dari saham ataupun obligasi.
“Sentimen yang memengaruhi bisa dari sudah peak-nya kenaikan FFR dengan potensi stagnan dan penurunan ke depannya,” ujar Nicodimus.
Adanya proyeksi yang lebih baik, tentu harus didukung pula oleh strategi dari para perusahaan asuransi jiwa, di mana Nicodimus mengatakan bahwa pengelola unit harus pintar dan cermat membaca situasi dengan melakukan pengelolaan aktif atau rebalancing.
“Sehingga bisa mengubah produk yang prospeknya kurang baik dengan produk yang memiliki prospek lebih optimal,” pungkas Nicodimus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News