Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengaku waspada akan adanya potensi penurunan kinerja ekspor. Ia bilang, pihak perbankan harus teliti dalam mencermati neraca perdagangan yang tidak stabil.
"Itu yang mesti diwaspadai, karena trade balance belakangan ini makin negatif terus. Jangan sampai import naik tinggi, sementara ekspor malah turun terus. Itu bahaya buat ke depan," ungkap Jahja saat dijumpai di Jakarta, Rabu (8/8) malam.
Nah, dengan neraca perdagangan yang negatif tersebut bisa menggerus cadangan devisa negara. Sebaiknya, kenaikan kinerja ekspor akan berdampak pada naiknya ketersediaan dollar di dalam negeri.
"Dampak ke perbankan tidak secara langsung, tetapi dampaknya adalah foreign exchange, jadi agak susah untuk dikendalikan. Selama ini faktor dominan dalam inflasi ada dua, yaitu BBM (bahan bakar minyak) dan foreign exchange. Jadi kalau valasnya tidak terkendali, cost itu akan naik mendorong inflasi yang tinggi," jelasnya.
Untuk itu, Jahja melihat, pihak perbankan harus lebih berhati-hati dalam ekspansi pembiayaan kredit valas. Ia bilang, BCA saat ini tidak melakukan kredit valas lagi sejak akhir tahun lalu. "Kami sudah tidak menerima kredit valas lagi sejak akhir tahun lalu," ungkapnya.
Namun, menurutnya BCA pun menyediakan dana valas dalam bentuk likuid untuk menjaga ketersediaan. "Kami sediakan US$ 500 juta untuk valas yang likuid supaya tiap saat bisa kami gunakan jika ada butuh tiba-tiba," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News