Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing membuat pelaku usaha pembiayaan mesti memutar otak. Salah satunya untuk meracik strategi pendanaan dari luar negeri.
Bagi sejumlah multifinance, pendanaan offshore memang menjadi salah satu strategi yang rutin dilakukan. Salah satu tujuannya untuk diversifikasi risiko dan bagian dari upaya untuk meramu pendanaan yang efisien.
Begitu pula yang dilakukan PT Mandiri Tunas Finance (MTF). Namun Direktur MTF Armendra mengakui pihaknya harus lebih berhati-hati dalam mencari sumber dana dari luar negeri dengan kondisi nilai tukar seperti saat ini.
Sebenarnya, menurut Armendra, pergerakan nilai tukar pada saat ini masih terbilang cukup terkendali bagi keuangan perusahaannya. "Namun volatilitas yang terus berlanjut juga menjadi alert bagi kita," kata dia, Selasa (14/8).
Pergerakan nilai tukar tentunya bakal berpengaruh bagi beban pendanaan yang didapat multifinance dari luar negeri. Salah satunya adalah beban kurs yang mesti ditanggung seiring dengan perubahan nilai tukar yang terjadi selama periode pinjaman.
Pasalnya pendanaan yang diterima perusahaan pembiayaan dari luar negeri biasanya berupa valas terutama dollar AS dan yen Jepang. Sementara multifinance mayoritas menggunakan rupiah dalam menyalurkan kredit.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sendiri mencatat outstanding pendanaan dari luar negeri yang diterima industri mencapai Rp 92,2 triliun. Jumlah ini meningkat 8,9% dari posisi pada periode sama di tahun lalu yang mencapai Rp 84,6 triliun.
Di sisi lain, dari total outstanding pendanaan yang mencapai Rp 355,6 trliun, pendanaan dari luar negeri punya porsi sebesar 25,9%. Sumber dana lainnya adalah dari pinjaman dalam negeri dan penerbitan surat berharga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News