kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah menguat, pembiayaan elektronik tumbuh 40%–70%


Kamis, 12 Mei 2011 / 15:40 WIB
Rupiah menguat, pembiayaan elektronik tumbuh 40%–70%
ILUSTRASI. Cuman pakai rice cooker, ini resep masakan Idul Adha praktis untuk mahasiswa


Reporter: Anaya Noora Pitaningtyas |

JAKARTA. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) membawa angin segar bagi industri pembiayaan atau multifinance di bidang elektronik. Pembiayaan produk elektronik meningkat tajam, tumbuh sekitar 40%–70% per April 2011 ketimbang periode yang sama tahun lalu. Maklum, penguatan rupiah menjadikan harga-harga barang elektronik semakin murah.

Rupiah memang semakin perkasa terhadap dollar AS. Per Selasa (11/5), nilai tukar rupiah mencapai Rp 8.531 per satu dollar AS. Itu berarti, rupiah telah menguat 6,39% dalam setahun terakhir. Saat itu per dollar AS setara Rp 9.113.

Penguatan rupiah ini menurunkan harga jual produk elektronik. Sebab, sebagian besar komponen elektronik masih diimpor, yang pembeliannya menggunakan dollar AS. Walhasil, biaya produksi pun semakin murah. Sesuai hukum pasar, harga barang semakin murah, pembeli pun tambah banyak.

Lihat saja di PT Adira Quantum Finance (Adira Kredit), yang khusus melayani kredit elektronik, menyalurkan pinjaman Rp 180 miliar atau setara 60.000 unit produk elektronik per April 2011. "Tumbuh 50% dibandingkan April 2010," terang Sonja Kristianti, General Manager Marketing Adira Kredit, Selasa (11/5).

FIF Spektra mencatatkan pertumbuhan tahunan alias year on year (YoY) 40% akhir April lalu. Mereka membiayai kredit elektronik Rp 527 miliar. Itu setara dengan 182.000 unit kredit elektronik. Sedang PT Finansia Multi Finance menyebut telah membiayai kredit elektronik Rp 150 miliar-Rp 200 miliar di kuartal I-2011, tumbuh 70% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

"Selain penguatan rupiah, ini juga karena daya beli masyarakat yang meningkat," jelas Darwan Tirtayasa, Direktur Utama FIF Spektra.

Hanya saja, pelaku bisnis pembiayaan khawatir, pertumbuhan kinerja apik itu bakal terhambat di kuartal II dan selanjutnya. Ini karena ada potensi kenaikan harga minyak dunia. "Meski rupiah meningkat, tapi kalau minyak dunia semakin mahal, sama saja tidak menguntungkan kami," tambah Sonja.

Jika harga minyak cukup jinak, pelaku bisnis pembiayaan elektronik optimistis, kinerja apik ini bakal berlanjut hingga akhir tahun nanti.

Yang pasti, mereka sangat optimistis bisa mencapai target tahun ini. Adira menargetkan pembiayaan Rp 2,7 triliun dan FIF Spektra Rp 2 triliun. "Target kami sekitar Rp 1 triliun," timpal Mia Christy, Business Relation Head Finansia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×