kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.564.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 16.305   -35,00   -0,22%
  • IDX 7.080   122,90   1,77%
  • KOMPAS100 1.053   23,69   2,30%
  • LQ45 827   25,88   3,23%
  • ISSI 213   1,79   0,85%
  • IDX30 425   13,62   3,31%
  • IDXHIDIV20 508   17,23   3,51%
  • IDX80 120   2,84   2,41%
  • IDXV30 124   2,46   2,02%
  • IDXQ30 140   4,41   3,25%

Saham Emiten Asuransi Kurang Diminati Investor, Ini Penyebabnya


Selasa, 10 Desember 2024 / 20:58 WIB
Saham Emiten Asuransi Kurang Diminati Investor, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. IHSG Sentuh Zona Hijau-Mahasiswa mengunjungi gallery Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (03/12/2024). Sejumlah analis menilai saham emiten asuransi di Indonesia cenderung kurang diminati investor ritel maupun institusi seperti manajer investasi.


Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah analis menilai saham emiten asuransi di Indonesia cenderung kurang diminati oleh investor ritel maupun institusi seperti manajer investasi. 

Founder Stocknow.id, Hendra Wardana menjelaskan, penyebab utamanya yaitu karena kinerja fundamental pada sektor asuransi yang sering dianggap kurang menarik di pasar saham.

"Bisnis asuransi memiliki model bisnis yang stabil tetapi tidak agresif, dengan pertumbuhan laba yang cenderung moderat dibandingkan sektor lain seperti teknologi atau perbankan," ujar Hendra kepada Kontan, Selasa (10/12).

Baca Juga: Asuransi Digital (YOII) akan IPO, Targetkan Kenaikan Pendapatan Premi 50% di 2025

Selain itu, saham-saham asuransi umumnya memiliki kapitalisasi pasar kecil dan likuiditas rendah, sehingga pergerakan harga sahamnya menjadi kurang atraktif bagi investor yang menginginkan keuntungan dari fluktuasi harga. 

Dengan demikian, kondisi ini membuat saham asuransi sering kali hanya menjadi penghias portofolio, tanpa peran signifikan sebagai penggerak utama di pasar.  

Di sisi lain, faktor lainnya yang membuat saham asuransi kurang diminati adalah valuasinya yang terkadang dinilai kurang menarik. Beberapa saham asuransi diperdagangkan dengan harga yang relatif mahal dibandingkan kinerja keuangan dan prospek pertumbuhannya. 

Adapun likuiditas yang rendah juga membuat investor besar, seperti manajer investasi, enggan masuk karena sulitnya menjual kembali saham tersebut dalam jumlah besar tanpa memengaruhi harga pasar. 

Baca Juga: Emiten Ramai Lakukan Akuisisi di 2024, Simak Rekomendasi Saham yang Layak Dikoleksi

Sentimen terhadap sektor asuransi juga dipengaruhi oleh ketergantungannya pada investasi portofolio untuk menghasilkan laba. Hendra bilang, saat pasar modal kurang kondusif, kinerja keuangan perusahaan asuransi bisa terdampak signifikan.

Mengenai hal ini, Head of Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana juga menilai penyebab lainnya yaitu karena market cap emiten ini masih relatif kecil dan likuiditasnya yang relatif tipis.

"Harga saham asuransi jarang yang valuasinya mahal," kata Wawan kepada Kontan, Selasa (10/12).

Wawan menjelaskan, bisnis asuransi umum biasanya dapat tumbuh seiring dengan berkembangnya bisnis lain, seperti bisnis otomotif untuk asuransi kendaraan, yang mana tahun ini juga terdapat penurunan penjualan.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Siloam International (SILO) dari Analis Berikut

Baru-baru ini, ada perusahaan asuransi yang akan melenggang ke bursa saham melalui penawaran umum saham perdana. Perusahaan itu adalah PT Asuransi Digital Bersama (ADB).

Perusahaan ini menawarkan sebanyak-banyaknya 412.087.500 saham atau 12,3% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh setelah initial public offering (IPO). Alhasil, perusahaan berpotensi meraup dana segar sebanyak-banyaknya Rp 45,32 miliar.

Melansir prospektus perusahaan, seluruh dana yang diperoleh dari hasil penjualan saham yang ditawarkan melalui IPO ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan seluruhnya untuk modal kerja dalam rangka memperkuat struktur permodalan.

Sekitar 80% akan dipergunakan untuk biaya marketing untuk mendukung strategi usaha, distribusi produk, dan brand awareness perseroan. 

Kemudian, sekitar 20% akan dipergunakan untuk pengembangan aplikasi yang mencakup data center, web hosting, dan system security. Dan pengembangan sumber daya manusia di mana di dalamnya terdapat biaya perekrutan karyawan baru untuk information technology, teknis, dan operasional.

Baca Juga: Tips Investasi ala Noviady Wahyudi, Konsisten Berinvestasi Sejak Muda

Hendra Wardana mencermati, sebagai perusahaan asuransi berbasis digital, Asuransi Digital Bersama memiliki potensi yang sedikit lebih menarik jika dibandingkan dengan emiten asuransi konvensional lainnya. Apalagi, jika Asuransi Digital Bersama mampu memanfaatkan tekonologi untuk meningkatkan efisiensi operasional dan penetrasi pasar.

Namun, tanpa inovasi yang signifikan atau strategi pertumbuhan yang agresif, Asuransi Digital bersama berisiko menghadapi tantangan serupa seperti emiten asuransi lainnya, yaitu likuiditas rendah dan kurangnya minat investor.

Untuk menjadi menarik, Asuransi Digital Bersama harus mampu menunjukkan diferensiasi yang jelas di pasar dan memberikan nilai tambah yang meyakinkan bagi investor.

Ke depannya, Hendra memproyeksikan saham-saham asuransi bisa lebih menarik jika sektor ini mampu beradaptasi dengan tren digitalisasi dan menunjukkan potensi pertumbuhan yang lebih baik.

Namun, bagi investor yang fokus pada saham likuid dan bertumbuh tinggi, sektor ini mungkin masih akan dipandang sebagai opsi sekunder.

Baca Juga: Saham BRIS Terus Menghijau, Mayoritas Sekuritas Sematkan Rekomendasi yang Senada

Sampai saat ini, terdapat empat belas saham asuransi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu PT Panin Financial Tbk (PNLF), PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU), PT Paninvest Tbk (PNIN), PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk (AMAG), PT Asuransi Jasa Tania Tbk (ASJT), PT. Asuransi Bintang Tbk (ASBI).

Kemudian, PT Lippo General Insurance Tbk (LPGI), PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk (ABDA), PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk (AHAP), PT Asuransi Ramayana Tbk (ASRM), PT Asuransi Dayin Mitra Tbk (ASDM), PT Malacca Trust Wuwungan Insurance Tbk (MTWI), PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk (JMAS), dan PT Asuransi Maximus Graha Persada Tbk (ASMI).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×