kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.409.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.435   -30,00   -0,19%
  • IDX 7.798   37,20   0,48%
  • KOMPAS100 1.185   9,64   0,82%
  • LQ45 958   6,85   0,72%
  • ISSI 226   2,67   1,19%
  • IDX30 488   3,53   0,73%
  • IDXHIDIV20 589   4,06   0,69%
  • IDX80 134   1,16   0,87%
  • IDXV30 140   2,67   1,94%
  • IDXQ30 163   1,24   0,77%

Saham Perbankan Menghijau, Tersengat Potensi Penurunan Suku Bunga The Fed


Jumat, 23 Agustus 2024 / 18:51 WIB
Saham Perbankan Menghijau, Tersengat Potensi Penurunan Suku Bunga The Fed
ILUSTRASI. Analis memberikan rekomendasi saham sektor perbankan yang sedang terus menguat


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepercayaan investor terhadap sektor perbankan tanah air terlihat meningkat. Ini tercermin dalam pergerakan sahamnya yang menghijau, baik itu big banks, bank lapis dua hingga bank digital secara mayoritas.

Hal tersebut tampak pula pada indeks sektor keuangan. Di mana, IDX Finance yang hingga penutupan perdagangan hari ini (23/8) tercatat menguat 1,20% dari sesi sebelumnya atau naik 2,5% dalam sepekan terakhir.

Adapun, PT Bank Permata Tbk (BNLI) menjadi salah satu penggerak di sektor keuangan yang dalam perdagangan akhir pekan ini naik hingga 24,89% menjadi Rp 1.455 per saham. Selama dua hari berturut, BNLI terpantau menguat di atas 20%.

Tak mau kalah, PT Bank Artha Graha International Tbk (INPC) juga terpantau naik hingga 13,33% menjadi Rp 68 per saham. Disusul, PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) yang naik 11,31% menjadi Rp 284 per saham.

Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus mengungkapkan bahwa menghijaunya saham-saham perbankan di akhir pekan ini merupakan dampak adanya sentimen positif dari potensi penurunan suku bunga acuan The Fed yang kemungkinan besar di awal September nanti.

Baca Juga: Suku Bunga Deposito Terus Menanjak Saat BI Pertahankan Suku Bunga

Seperti diketahui, ekspektasi pemotongan suku bunga mendapat dorongan setelah risalah dari pertemuan terakhir bank sentral Amerika Serikat (AS) yang dirilis pada hari Rabu (21/8) menunjukkan bahwa sebagian besar pejabat mengatakan tindakan seperti itu mungkin terjadi.

Pasar uang saat ini melihat peluang hampir 70% dari pemotongan setidaknya 25 basis poin (bps) pada bulan September, menurut CME FedWatch Tool, dan sekitar 100 bps pelonggaran pada bulan Desember, menurut data LSEG.

Nico pun bilang bahwa sektor perbankan memang menjadi salah satu yang bakal diuntungkan dengan penurunan suku bunga ini. Terlebih, era suku bunga tinggi telah menjadi tantangan tersendiri bagi bank untuk meningkatkan kinerjanya.

“Sektor bank ini juga yang paling sensitif terhadap berita, jadi kalau ada berita positif, pergerakannya langsung menggeliat begitu,” ujar Nico, Jumat (23/8).

Meski demikian, Nico melihat tren kenaikan harga saham perbankan ini bukan dalam tren jangka pendek. Artinya, peluang kenaikan untuk jangka menengah terbuka lebar.

Bukan tanpa alasan, ia melihat penurunan suku bunga The Fed tentunya akan mendorong adanya penurunan suku bunga BI yang artinya terdapat stimulus dalam perekonomian.

Lebih lanjut, hal tersebut juga akan berdampak pada daya beli dan konsumsi yang meningkat. Di mana, ekspansi kredit perbankan juga lebih tinggi.

“Khususnya penyaluran kredit ke sektor properti dan otomotif yang pasti akan mengalami kenaikan,” ujar Nico.

Ia juga melihat bahwa dengan adanya penurunan suku bunga, maka daya tarik investor ke aset-aset berisiko semakin besar termasuk saham. Dan perbankan merupakan salah satu sektor yang memang banyak dilirik.

Baca Juga: Perbankan Indonesia Terus Perluas Kantor Cabang di Luar Negeri

Namun, ia mengingatkan bahwa bukan berarti berita positif ini membuat saham-saham perbankan ini tidak memiliki risiko. Justru, Nico melihat ada peluang pasar saham di Indonesia bisa rapuh.

“Terutama kalau melihat kondisi politik menjelang Pilkada,” tambahnya.

Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta Utama mengungkapkan bahwa penurunan suku bunga acuan menjadi sesuatu yang dinanti-nanti bagi perbankan.

Ia menyoroti terkait kondisi likuiditas perbankan yang memang menjadi tantangan tersendiri. Mengingat, ketika suku bunga acuan tinggi, maka likuiditas menjadi semakin mahal.

Oleh karenanya, Nafan mengungkapkan ketika potensi suku bunga acuan turun terbuka maka investor pun mulai banyak masuk ke saham-saham sektor keuangan, termasuk perbankan. 

Ia melihat ada harapan dari investor bahwa dengan adanya penurunan suku bunga, itu akan benar-benar berdampak pada likuiditas perbankan ke depan. Di mana, akan berpengaruh pula pada penyaluran kredit.

“Bank bisa semakin agresif untuk ekspansi kredit secara optimal,” ujar Nafan.

Adapun, untuk rekomendasi, Nico melihat selain bank-bank big caps yang tentu tetap menarik dikoleksi, ada beberapa saham bank lainnya, seperti PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).

 

Memang, tiga saham ini juga tak melewatkan momen naiknya saham-saham bank pada perdagangan hari ini. BNGA naik 1,61%, BBTN naik 3,79% dan BRIS naik 3,05%

“Target harga untuk BNGA di Rp 2.200, BBTN di Rp 1.700, dan BRIS di Rp 2.800, kalau BNLI kayaknya sudah terlalu tinggi harganya,” ujar Nico.

Sedikit berbeda, Nafan berpendapat saham-saham bank di luar big banks masih not rated. Dia hanya melihat cuma BRIS yang menarik untuk dilirik.

“Akumulasi buy untuk BRIS dengan target Rp 3.000,” ujar Nafan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024) Mudah Menagih Hutang

[X]
×