Reporter: Ahmad Ghifari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri penjaminan kredit menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan di bulan Juli 2019. Outstanding penjaminan kredit yang dijamin pelaku bisnis penjaminan naik signifikan di bandingkan tahun lalu.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, outsanding industri penjaminan kredit mengalami pertumbuhan 3,87% di Juli 2019 sebesar Rp 230,6 triliun sedangkan Juli 2018 sebesar Rp 222 triliun.
Baca Juga: LPS: DPK menguat, likuiditas perbankan melandai
Hingga saat ini, outstanding tersebut dihimpun dari 22 perusahaan penjamin, baik perusahaan penjaminan pemerintah, perusahaan penjaminan daerah, perusahaan penjaminan swasta konvensional dan perusahaan penjaminan swasta syariah.
Dari total penjaminan hingga Juli 2019, sektor usaha produktif mengalami penurunan yang tajam. dari Rp 131,1 triliun pada Juli 2018 menjadi Rp 126,7 triliun.
Menurut Randi Anto, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Penjaminan Indonesia (Asippindo) penurunan sektor usaha produktif tersebut karena secara data biasanya pertumbuhan non produktif di Semester II, lebih pesat dibandingkan Semester I.
"Kita harapkan hingga akhir tahun, bisa tumbuh sesuai proyeksi. Dari sisi growth kredit non produktif, memang didominasi dengan Penjaminan Kredit Multi Guna,"ujar Randi kepada Kontan.co.id, Senin (16/9).
Baca Juga: Suku bunga kredit diprediksi makin melandai
Sedangkan untuk faktor meningkatnya outstanding penjaminan kredit, Randi mengatakan pertumbuhan bisnis penjaminan yang tidak bisa dilepaskan dari faktor makro seperti pertumbuhan Industri konstruksi, infrastruktur serta bisnis UMKM, dan juga ekspansi kredit perbankan yang juga sebagian memerlukan Penjaminan.
Di sisi lain peningkatan belanja pemerintah, baik belanja barang maupun jasa, yang proses pemenuhannya memerlukan industri penjaminan baik dari sisi kontra bank garansi, maupun penjaminan pembiayaan juga menjadi angin segar bagi pelaku industri.
"untuk surety bond naik dibandingkan tahun lalu, karena pertumbuhan proyek infra dan belanja proyek serta proyek swasta juga,"katanya.
Randi yang juga merupakan Direktur Utama Perum Jamkrindo sendiri optimistis perusahaannya bisa tumbuh sekitar 15%-17% hingga akhir tahun.
Per 2018 lalu, jumlah kredit yg dijamin Jamkrindo secara konsolidasi mencapai Rp 174,74 triliun. Sedangkan Volume penjaminan Jamkrindo di Juli 2019 Rp 121.719 triliun, naik 21,3% dari Juli 2018 Rp 100,35 triliun.
Baca Juga: UangTeman tingkatkan kemampuan machine learning untuk menekan rasio gagal bayar
"KUR dan non-KUR sedang tumbuh. Non KUR tumbuh 26,6%. Yang KUR tumbuh 10% Sampai dengan akhir tahun, untuk Jamkrindo, porsi Penjaminan productif diperkirakan masih lebih dominan,"ujar Randi.
Adapun Target volume penjaminan sesuai rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) Rp 182,36 triliun. Jamkrindo akan melakukan berbagai upaya agar capai target tersebut dengan kombinasi bisnis, baik yang langsung maupun kerjasama dengan lembaga keuangan serta sinergi dengan BUMN.
"Dari infrastruktur didukung dengan peningkatan kualitas SFM, technology improvements dan perluasan jaringan dengan kerjasama,"katanya.
Sementara itu, PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) plafon penjaminan melalui Askrindo sampai dengan Juli 2019 sebesar Rp. 50.3 triliun dengan market share 56% dari total penyaluran KUR Nasional sebesar Rp 88.7 triliun.
Jumlah plafon KUR yang di jamin Askrindo tumbuh 18% yaitu penjaminan Askrindo Rp. 42.6 triliun dan penyaluran KUR Nasional sampai dengan Juli 2018 Rp 76.1 triliun.
Baca Juga: Ekspansi kredit terbuka, bankir masih konservatif
Direktur Operasional Ritel Askrindo Anton F. Siregar menyatakan dari sisi internal, pertumbuhan kinerja tersebut dipengaruhi oleh layanan percepatan akseptasi penjaminan KUR, pembayaran klaim sesuai standard level agreement dan maintenance kerjasama yang sudah terjalin selama ini.
"Sedangkan dari sisi eksternal perusahaan adalah pertumbuhan kredit bank penyalur KUR semakin membaik dari sisi kualitas kredit yang disalurkan,"kata Anton kepada Kontan.co.id, Senin (16/9).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News