Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fintech klaster project financing PT Likuid Dana Bersama (Likuid) membidik industri kreatif dan gaya hidup. Platform ini akan membuka akses permodalan bagi pelaku usaha industri kreatif serta akses investasi yang terjangkau bagi masyarakat.
Likuid menargetkan menjaring 2.500 pengguna dalam kurun waktu empat bulan usai resmi meraih status terdaftar dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Saat ini Likuid beroperasi dengan status tercatat di regulatory sandbox OJK sejak Juli 2019.
“Demi memberikan dampak produktivitas yang feasible bagi industri ini, Likuid menargetkan dapat menyalurkan pendanaan sebesar Rp 40 miliar di tahun 2020. Ada enam sektor bisnis yang menjadi sasaran Likuid, yaitu kuliner, hiburan (film, serial, dan konser), e-sports, kecantikan, kesehatan, dan startup. Di tahap awal ini, Likuid telah mempersiapkan empat proyek pendanaan perdana yang segera diluncurkan ke publik” ujar CEO dan Founder Kenneth Tali dalam keterangan tertulis, Senin (10/2).
Baca Juga: Tercatat secara elektronik di Gesit, OJK tingkatkan pengawasan fintech
Ia bilang produk industri kreatif dan gaya hidup sangat dekat dengan masyarakat, seperti hiburan, kuliner, fashion, kecantikan, dan kesehatan. Inovasi produk dan pelaku usaha industri ini juga terus meningkat. Oleh karena itu, Likuid percaya bahwa untuk memperkuat industri ini diperlukan partisipasi masyarakat luas, tidak hanya sebagai konsumen namun juga sebagai investor.
"Di sinilah Likuid berperan membuka akses permodalan bagi pelaku usaha dan akses investasi bagi masyarakat umum. Harapan kami, bisnis-bisnis industri kreatif menjadi lebih ramah dijangkau untuk semua kalangan, termasuk investor pemula,” ungkap Kenneth.
Namun Likuid memahami, meskipun industri ini dekat dengan masyarakat, tingkat kepercayaan masyarakat untuk berinvestasi pada sektor ini masih rendah. Selama ini, persaingan industri kreatif dikenal cukup dinamis sehingga dianggap berisiko tinggi. Di sinilah Likuid berperan mengkurasi serta menganalisa potensi dan risiko proyek bisnis secara menyeluruh guna menjawab keraguan masyarakat selaku calon investor.
Untuk menghadirkan skema pendanaan bisnis dan investasi yang ideal bagi kedua belah pihak, Likuid menciptakan skema project financing yang berbasis revenue sharing atau pembagian pendapatan dan profit sharing atau pembagian keuntungan, dimana potensi imbal hasil untuk investor sebesar 12% hingga 20%.
Baca Juga: AFPI jamin Fintech Data Center akan melindungi data identitas si peminjam
Skema ini memungkinkan investor dapat berinvestasi secara kolektif atau urun dana dengan minimal pendanaan Rp 100.000. Ketentuan minimal dana investasi yang relatif rendah ini sekaligus menunjukkan upaya Likuid agar kesempatan investasi ini berlaku bagi semua kalangan masyarakat.
Fokus Likuid terhadap industri kreatif dan gaya hidup berangkat dari situasi di mana masih banyaknya pelaku usaha di bidang ini yang kurang bisa memaksimalkan karyanya karena terhimpit modal kerja yang terbatas.
Guna mencapai target bisnis tahun ini, Likuid turut memperkenalkan empat proyek pendanaan yang tengah disiapkan untuk publik. Proyek ini terdiri dua proyek pertama yang sudah resmi terdaftar, yaitu Film Dealova 2 dari rumah produksi film dan karya visual PT Capo dei Capi dan Penempatan Iklan dari platform marketplace media iklan dan promosi PT ADX Asia Indonesia.
Kemudian dua proyek lainnya yang sedang dalam tahap finalisasi kerjasama, yaitu Pembukaan Jaringan Baru Minuman “Gulu-Gulu” dari produsen makanan dan minuman PT Berjaya Sally Ceria, dan Perhelatan Konser dan Pertandingan Olahraga skala Internasional dari penyedia jasa konsultasi dan promotor acara PT Stellar Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News