kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.806   -11,00   -0,07%
  • IDX 7.495   15,66   0,21%
  • KOMPAS100 1.160   5,20   0,45%
  • LQ45 920   6,64   0,73%
  • ISSI 226   -0,42   -0,18%
  • IDX30 475   4,07   0,87%
  • IDXHIDIV20 573   5,09   0,90%
  • IDX80 133   0,84   0,63%
  • IDXV30 140   1,19   0,85%
  • IDXQ30 158   1,00   0,64%

Sasar para petani, fintech iGrow telah salurkan pinjaman Rp 130 miliar


Minggu, 03 Maret 2019 / 18:15 WIB
Sasar para petani, fintech iGrow telah salurkan pinjaman Rp 130 miliar


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fintech peer to peer (P2P) lending iGrow telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp 130 miliar sejak beroperasi September 2014. Pinjaman tersebut disalurkan ke 7.500 petani dan peternak yang tersebar di Bangka, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi.

Sementara itu, rata-rata dana yang diberikan ke masing-masing peminjam sebesar Rp 15 juta. “Akan tetapi, kami kan ada variasi komoditas. Jadi, tergantung jenis dan lokasinya,” kata Chief of Business Development iGrow Jim Oklahoma saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (3/3).

Jim mengatakan, komoditas yang paling banyak dibudidayakan adalah jagung. Disusul dengan pisang, akar wangi, dan tomat. Untuk jagung misalnya, pemberi pinjaman dapat membeli satu paket investasi senilai Rp 5 juta. Kemudian, pemberi pinjaman dapat melipatkangandakan jumlah pinjamannya dengan membeli lebih banyak paket investasi.

iGrow mencatat, hingga saat ini jumlah peminjam terdaftarnya mencapai 50.000. Akan tetapi, yang sudah memberikan pinjaman sebanyak 6.000 orang.

Selama beropersi, Jim mengatakan pihaknya menemukan dua hambatan utama. Pertama adalah mencari pasar atau pembeli yang akan menggunakan produk-produk petani iGrow setelah panen. “Setelah dapat pasarnya, kami baru cari petaninya,” kata dia.

Kedua adalah meningkatkan keterampilan petaninya. Menurut dia, kebanyakan petani belum terkena modernisasi dan masih menggunakan cara tanam yang konvensional. Oleh karena itu, pihaknya perlu meningkatkan keterampilan petani untuk dapat memenuhi kualitas dan kuantitas yang diminta pembeli.

Untuk itu, iGrow menjalankan program sertifikasi bagi para petaninya. Selama 3 bulan-6 bulan, para petani akan mendapatkan pelatihan keterampilan yang mencakup sepuluh kompetensi. Pelatihan ini didampingi oleh supervisor. Para petani ini baru akan mendapatkan pinjaman jika sudah lolos sertifikasi ini.

Selama proses produksi hingga panen, iGrow juga menempatkan penyurvei lapangan untuk memastikan proyek berjalan dengan baik. "Dia akan tinggal dan beraktivitas di sana sampai proyeks selesai,” kata Jim.

Sebagai informasi, hasil produksi para petani yang mendapat pinjaman dari iGrow, sebanyak 95% didistribusikan ke wilayah Indonesia. Para pembeli tersebut meliputi pedagang retail makanan, produsen makanan, hingga pedagang di pasar tradisional. Sementara itu, sisanya diekspor ke luar negeri yang terdiri dari lada putih dan akar wangi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×