kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejumlah bank catatkan kenaikan NPL


Selasa, 27 April 2021 / 19:48 WIB
Sejumlah bank catatkan kenaikan NPL
ILUSTRASI. Nasabah mengantre dengan saling menjaga jarak di kantor cabang Bank Mandiri, Bintaro, Tangerang Selatan, Senin (26/4/2021).(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) perbankan masih berpotensi mengalami kenaikan. Pasalnya, ada sebagian dari restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 yang memiliki resiko tinggi dan sulit untuk bangkit meski telah diberikan relaksasi. 

Per Maret 2021, ada beberapa bank yang telah merilis laporan keuangan kuartaI I mencatatkan kenaikan NPL. Namun, ada juga yang mulai menorehkan penurunan. Sementara berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NPL perbankan per Februari 2021  tercatat 3,21%, meningkat dari posisi di akhir tahun 2020 yakni 3,06%.

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) salah satu bank yang mengalami kenaikan rasio kredit bermasalah. Per Maret 2021, bank ini mencatat NPL secara konsolidasi di level 3,1%. Itu meningkat dari Desember 2020 yang berada di level 3,09% dan dari periode yang sama tahun lalu yakni 2,4%.

Baca Juga: Ada potensi 10% kredit restrukturisasi memburuk, BNI jaga NPL di bawah 4%

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga mengalami kenaikan meski sangat tipis. Per Maret, bank ini membukukan kredit bermasalah Rp 10,5 triliun atau 1,83% terhadap total kreditnya, naik dari Desember 2020 sebesar Rp 10,31 triliun atau 1,79% dan dari Maret 2020 sebesar 1,6%.

Adapun PT Bank Negara Indonesia Tbk mengalami penurunan NPL dari 4,3% pada akhir 2020 menjadi Rp 4,1%, tetapi masih naik jika dibandingkan posisi Maret 2020 yakni di level 2,4%. Tahun lalu, bank ini memang mencatatkan peningkatan kredit bermasalah cukup tinggi. 

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) juga mencatatkan hal serupa. NPL secara gross bank spesialis KPR ini turun dari 4,37% pada Desember 2020 menjadi 4,25%, begitupun secara gross turun dari 2,06% menjadi  1,94%. 

Baca Juga: Meski pandemi, perbankan lanjutkan aksi korporasi di tahun ini

Ahmad Siddik Badruddin Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri mengatakan, jumlah portofolio baki debet restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 di Bank Mandiri per Maret 2021 mencapai  Rp 94,5 triliun. Turun dari total  Rp 124,2 triliun kredit yang telah disetujui direstrukturisasi sejak Maret 2020.

Dari jumlah baki debet tersebut, Bank Mandiri telah membaginya dalam tiga klasifikasi yakni kredit resiko rendah, resiko menengah dan resiko tinggi. Kredit beresiko tinggi hingga Maret diperkirakan mencapai 11% atau sekitar Rp 10,3 triliun.

"Sedangkan yang low risk kami perkirakan akan kembali normal, yang medium risk sekitar 30%-40% dari baki debet tersebut memerlukan perpanjangan relaksasi dan kami perkirakan akan kembali normal," kata Siddik, Selasa (27/4).

Adapun yang sudah turun jadi NPL baru mencapai 0.94% per Maret. Untuk mengantisipasi penurunan kualitas setelah masa relaksasi selesai, Bank Mandiri telah mencadangkan CKPN (cadangan kerugian penurunan nilai) 10% dari  total baki debet restrukturisasi Covid-19  per Maret 2021 dimana 49,4% dari total CKPN dialokasikan untuk kredit beresiko tinggi. 

Baca Juga: Bank Mandiri targetkan kredit korporasi dan komersial tumbuh 4%-5% tahun ini

Sebelumnya, Bank Mandiri menargetkan akan  Perseroan akan berupaya menjaga NPL sekitar 3%-3,5% tahun ini. Sedangkan Bank BTN menargetkan akan menjaga rasio NPL 3,64% tahun ini. 

Direktur Wholesale Risk and Asset Management BTN Elisabeth Novie Riswanti mengatakan, pihaknya sangat fokus untuk memperbaiki kualitas kredit guna menekan NPL. “Kami terus berupaya memperbaiki kualitas kredit dengan mengoptimalkan penagihan, mempercepat penjualan aset, termasuk bekerja sama dengan perusahaan manajemen aset,” tutur Novie.

Hingga Maret 2021, total outstanding restrukturisasi Covid-19 di BTN  mencapai Rp 58,9 triliun. Sekitar 5%-6% dari jumlah tersebut diproyeksi berpotensi akan turun ke NPL. Itu utamanya berasal dari debitur yang saat ini masih tidak bekerja atau sudah dilakukan PHK.

Selanjutnya: Bank Mandiri sebut Rp 10,3 triliun dari restrukturisasi kredit berisiko tinggi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×