kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45899,85   2,25   0.25%
  • EMAS1.378.000 0,95%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Sejumlah Bank Pembangunan Daerah Catat LDR Tinggi di Tengah Pengetatan Likuiditas


Jumat, 07 Juni 2024 / 19:01 WIB
Sejumlah Bank Pembangunan Daerah Catat LDR Tinggi di Tengah Pengetatan Likuiditas
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi di Bank Jatim Thamrin City Jakarta, Jumat (20/7). Ramai-ramai Catatkan Angka LDR Tinggi, Bank Daerah Turut Kena Imbas Naiknya Biaya Dana


Reporter: Aldehead Marinda | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia mencatatkan persentase Loan to Deposit Ratio (LDR) yang cukup tinggi di tengah tren pengetatan likuiditas saat ini. Data OJK per Maret 2024 menunjukkan rata-rata industri perbankan mencatat persentase LDR di kisaran 84,52%.

Bank BJB, misalnya, mencatatkan LDR sebesar 87,5% hingga April 2024, meski angka ini turun dibandingkan April 2023 yang mencapai 89,3%. 

Direktur Utama BJB, Yuddy Renaldi, menyatakan bahwa nilai LDR mereka masih berada di level optimal dan terjaga dengan baik, meski sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri perbankan saat ini.

Baca Juga: Likuiditas Ketat, Bank Sumsel Babel Catat Kenaikan LDR Jadi 84,08% Per April 2024

Yuddy menjelaskan bahwa kondisi ini turut berimbas pada kenaikan biaya dana yang harus ditanggung oleh BJB. Oleh karena itu, pengelolaan manajemen aset dan liabilitas secara optimal menjadi strategi utama mereka saat ini.

Per Maret 2024, komposisi simpanan Dana Pihak Ketiga (DPK) BJB menunjukkan bahwa deposito lebih besar dibandingkan dana murah (CASA), yang berdampak pada biaya mahal yang harus ditanggung BJB.

BJB berhasil meningkatkan pengumpulan DPK mereka, tumbuh 18,7% menjadi Rp 154,1 triliun, dengan rincian giro sebesar Rp 26,7 triliun, tabungan Rp 30,1 triliun, dan deposito Rp 80,0 triliun.

Yuddy menyebut bahwa ke depan BJB akan terus memantau perkembangan suku bunga acuan dan kondisi inflasi untuk menghimpun dana lebih optimal.

Bank Sumsel Babel (BSB) juga mencatatkan rasio LDR yang tinggi, mencapai 84,08% pada April 2024, meningkat dibanding tahun lalu yang sebesar 79,21%. 

Baca Juga: CIMB Niaga Hadirkan Pengalaman Perbankan Optimal untuk Nasabah di Samarinda

Berbeda dengan BJB, BSB mencatatkan porsi dana murah atau CASA yang lebih tinggi per Maret 2024, dengan total DPK tumbuh 6,04% YoY menjadi Rp 28,2 triliun, terdiri dari giro Rp 8,6 triliun, tabungan Rp 9,1 triliun, dan deposito Rp 10,3 triliun.

Direktur Pemasaran BSB, Antonius Prabowo Argo, mengatakan kondisi ini membuat mereka perlu memaksimalkan ketersediaan instrumen likuid sehingga dapat dicairkan dengan segera jika diperlukan.

Mereka juga menyesuaikan suku bunga, khususnya deposito yang lebih sensitif terhadap BI Rate sebesar 25 bps.

“Dampak kenaikan biaya dana sampai dengan akhir tahun diproyeksikan relatif cukup signifikan sesuai dengan kenaikan suku bunga,” kata Anton, Jumat (7/6).

Bank Banten hingga April ini mencatatkan LDR berkisar 79%-80%. Direktur Bisnis Bank Banten, Rodi Judo Dahono, menyebut pihaknya belum akan menaikkan suku bunga mereka dan masih menunggu hasil rapat Alco di akhir bulan Juni ini.

Dengan demikian, suku bunga mereka masih sama dengan bulan sebelumnya.

Baca Juga: Likuiditas Bank Kecil Masih Longgar di Tengah Tingginya Suku Bunga

“Biaya dana ke depan akan naik apabila sudah diambil keputusan menaikkan suku bunga simpanan,” ungkap Rodi. Ia menambahkan bahwa pengurangan konsentrasi DPK secara bertahap dan optimalisasi kualitas layanan adalah fokus utama Bank Banten ke depan.

Bank Jatim (BJTM) mencatatkan LDR yang cukup longgar dibandingkan tiga bank sebelumnya, yakni berkisar di angka 70% hingga Maret 2024. Walaupun terlihat longgar, BJTM mencatat pertumbuhan DPK yang kecil, hanya 1,18% per April 2024.

Direktur Keuangan, Treasury, dan Global Services BJTM, Edi Masrianto, merinci bahwa per April 2024 pertumbuhan DPK didorong oleh giro yang tumbuh 4,27% YoY atau setara Rp 22,415 miliar, tabungan tumbuh 10,12% YoY atau setara Rp 27,384 miliar, dan deposito turun 7,54% YoY atau setara Rp 30,561 miliar.

Baca Juga: Naik 17%, Citi Indonesia Catat Laba Bersih Senilai Rp 665,9 Miliar di Kuartal I-2024

Edi menjelaskan bahwa sejak awal, manajemen sudah memfokuskan diri untuk mengoptimalkan pengelolaan CASA atau dana murah yang mereka himpun untuk menekan beban bunga yang harus dibayarkan. Ke depan, target biaya dana Bank Jatim bersifat sangat dinamis dan dapat berubah sesuai dengan kondisi pasar dan situasi makro.

“Kami berusaha agar persentase pertumbuhan biaya dana maksimal single digit,” pungkas Edi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×