Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Prospek bisnis perbankan nasional pada 2026 diproyeksikan masih tumbuh, meski lajunya cenderung moderat. Sejumlah ekonom menilai, tantangan utama perbankan tetap berasal dari lemahnya permintaan kredit di tengah tekanan daya beli masyarakat dan ketidakpastian ekonomi global.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda menilai, pertumbuhan kredit perbankan saat ini masih lebih banyak dipengaruhi oleh sisi permintaan ketimbang penawaran. Menurutnya, permintaan kredit masih lesu meskipun Bank Indonesia telah memangkas suku bunga acuan secara signifikan dalam satu tahun terakhir.
“Pertumbuhan kredit masih di kisaran 7% padahal stimulus moneter sudah cukup kuat. Bahkan penempatan dana Rp 200 triliun di bank Himbara juga belum mampu mengerek pertumbuhan kredit secara berarti,” ujar Nailul kepada kontan.co.id, Rabu (24/12).
Dengan kondisi tersebut, Nailul memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan pada tahun depan tidak akan jauh berbeda dari tahun ini. Namun, ia melihat peluang positif bagi bisnis perbankan dari sisi pendapatan non-bunga atau non interest income (NII).
Baca Juga: OJK Percepat Konsolidasi, Sejumlah BPR Berguguran Sepanjang 2025
Pendapatan berbasis transaksi digital dinilai semakin menjanjikan, terutama bagi bank-bank besar yang telah memiliki ekosistem layanan digital matang. “Pembayaran digital lewat smartphone mendorong peningkatan transaksi. Ini menjadi sumber pendapatan baru yang cukup signifikan bagi bank,” jelasnya.
Selain menopang NII, layanan digital juga dinilai berpotensi memperluas basis dana pihak ketiga (DPK), khususnya dana murah atau CASA. Adapun dari sisi sektoral, Nailul memproyeksikan kredit masih bertumpu pada sektor perdagangan dan jasa perusahaan. Kredit modal kerja akan mendominasi perdagangan, sementara kredit investasi berpotensi tumbuh di sektor industri pengolahan atau manufaktur.
Senada, Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto memproyeksikan bisnis perbankan pada 2026 akan sedikit lebih baik dibanding 2025, namun pertumbuhannya tetap moderat. Ia menilai, tekanan terhadap daya beli masyarakat masih berlanjut akibat terbatasnya penciptaan lapangan kerja layak dan meningkatnya sektor informal.
“Selain itu, efisiensi anggaran di daerah juga berpotensi menekan aktivitas ekonomi, ditambah ketidakpastian global seperti perang dagang dan kebijakan ekonomi Amerika Serikat,” kata Eko.
INDEF memperkirakan permintaan kredit pada 2026 tumbuh sekitar 9% secara tahunan (year on year/yoy), sedikit lebih baik dari tahun ini, meski belum cukup kuat untuk menopang target pertumbuhan ekonomi 5,4%. Sementara itu, DPK diproyeksikan tumbuh moderat di kisaran 8% seiring tren penurunan suku bunga.
Dari sisi likuiditas, Eko menilai dana sebenarnya tersedia, namun tantangan ada pada sektor riil yang masih menghadapi tekanan sehingga undisbursed loan diperkirakan tetap tinggi. Untuk sektor unggulan, kredit jangka pendek seperti makanan-minuman dan perdagangan dinilai masih menarik, meski bank harus lebih selektif pada subsektornya.
Sementara itu, Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menekankan bahwa kinerja perbankan pada 2026 sangat bergantung pada pemulihan ekonomi dan daya beli masyarakat. Jika daya beli membaik, maka permintaan kredit dan pertumbuhan DPK berpeluang meningkat.
Namun, Trioksa mengingatkan bahwa tekanan biaya dana masih menjadi tantangan. “Bank masih sulit menurunkan cost of fund dan masih mengandalkan dana mahal dari deposito special rate,” ujarnya.
Meski demikian, Trioksa optimistis laba perbankan pada 2026 tetap dapat tumbuh selama bank mampu menjaga efisiensi operasional.
Adapun sektor yang diproyeksikan menjadi andalan penyaluran kredit tahun depan antara lain sektor komunikasi dan teknologi informasi, transportasi dan pergudangan, serta sektor konstruksi.
Baca Juga: Transaksi Sertifikasi Halal Digital di Bank Muamalat Tumbuh 50%
Selanjutnya: Oppo Reno 14 Pro Masih Layak Dibeli dengan RAM 16 GB dan Memori Internal 1 TB
Menarik Dibaca: Oppo Reno 14 Pro Masih Layak Dibeli dengan RAM 16 GB dan Memori Internal 1 TB
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













