kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.917.000   -7.000   -0,36%
  • USD/IDR 16.220   -84,00   -0,52%
  • IDX 7.893   101,21   1,30%
  • KOMPAS100 1.117   11,96   1,08%
  • LQ45 830   6,60   0,80%
  • ISSI 263   5,24   2,03%
  • IDX30 429   3,31   0,78%
  • IDXHIDIV20 492   4,68   0,96%
  • IDX80 124   0,93   0,75%
  • IDXV30 128   0,92   0,73%
  • IDXQ30 138   1,74   1,27%

Semakin Diminati, Permintaan Kredit Paylater Perbankan Kian Melonjak


Kamis, 14 Agustus 2025 / 05:10 WIB
Semakin Diminati, Permintaan Kredit Paylater Perbankan Kian Melonjak
ILUSTRASI. Permintaan kredit melalui produk buy now pay later atau paylater (BNPL) terlihat masih ramai dilakukan.. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/Spt.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Permintaan kredit melalui produk buy now pay later atau paylater (BNPL) terlihat masih ramai dilakukan. Hal ini seiring dengan meningkatnya kebutuhan pinjaman masyarakat di tengah daya beli yang lesu.

Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit paylater di perbankan mencapai 29,72% secara tahunan (YoY) per Juni 2025. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat dengan pertumbuhan tersebut, baki debet kredit paylater di perbankan telah mencapai Rp 22,99 triliun. Bulan sebelumnya, baki debet kreditnya baru senilai Rp 21,89 triliun.

Sementara itu, pertumbuhannya juga lebih kencang dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Per April 2025 pertumbuhannya sekitar 26,59% YoY, sementara per Mei 2025 hanya tumbuh 25,41% YoY.

Dari sisi jumlah rekening pengguna kredit paylater juga terus bertambah. Per Juni 2025, OJK mencatat jumlah rekeningnya telah mencapai sekitar 26,96 juta rekening.

Baca Juga: Kredit Paylater Bank Kian Mekar, Tumbuh 29,72% Per Juni 2025

Sebagai gambaran, pada bulan Mei 2025, jumlah rekening pengguna paylater di bank berjumlah 24,79 juta rekening. Di bulan April 2025, jumlahnya juga lebih sedikit yaitu sekitar 24,36 juta rekening.

Sejumlah bank yang menawarkan produk paylater juga terlihat mencatatkan lonjakan transaksi hingga semester I-2025. Sejumlah bank juga masih yakin kredit paylater bakal terus terkerek pertumbuhannya di tahun ini.

Ambil contoh PT Bank Central Asia (BBCA) yang menyatakan, sejak diluncurkan pada Oktober 2023, pihaknya melihat animo yang tinggi dari masyarakat terhadap Paylater BCA. Per Juli 2025, pengguna layanan Paylater BCA mencapai 182.000 nasabah. Jumlah ini tumbuh 43% dibandingkan Juli 2024. Hingga Juli 2025, outstanding Paylater BCA mencapai Rp 346 miliar atau naik sekitar 25% YoY. 

"Paylater BCA hadir untuk memberikan layanan pembayaran yang fleksibel serta memastikan keuangan nasabah tetap terkelola dengan baik. Paylater BCA dapat digunakan untuk transaksi dengan menggunakan QRIS, dan pengajuannya dilakukan melalui aplikasi myBCA," jelas Hera F. Haryn, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA kepada kontan.co.id, Selasa (12/8).

Paylater BCA menawarkan limit kredit hingga Rp 20 juta dengan suku bunga kompetitif, yakni 0% untuk tenor 1 bulan, 0,75% per bulan untuk 3 bulan, serta 1,49% per bulan untuk 6 dan 12 bulan. Promo ini berlaku hingga 30 September 2025.

BCA juga berkomitmen  menyalurkan kredit via layanan Paylater secara pruden, sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dengan penerapan manajemen risiko yang disiplin.

"Kami berharap transaksi menggunakan Paylater BCA dapat mencatatkan pertumbuhan positif pada 2025," imbuhnya.

Baca Juga: Permintaan Kredit Paylater Tetap Tinggi

Tak ketinggalan, perkembangan digibank Pay Later milik PT Bank DBS Indonesia juga menunjukkan trend yang positif. Per Juni 2025, volume transaksinya tumbuh sebesar 10% dibandingkan tahun lalu, dan penetrasi penggunaan digibank PayLater mencapai 16% dari total transaksi kartu kredit DBS.

Ari Lastina, Head of Cards and Loan Business mengatakan, pertumbuhan ini beriringan dengan pertumbuhan kartu kredit, dimana ini juga didorong oleh meningkatnya belanja online, kebutuhan akan opsi pembayaran fleksibel, dan inklusi keuangan yang lebih luas.

digibank Pay Later oleh Bank DBS Indonesia merupakan fitur pada kartu kredit digibank by DBS yang memungkinkan pemegang Kartu Kredit mengubah transaksi ritel menjadi cicilan dengan berbagai pilihan tenor, mulai dari 3 hingga 60 bulan. 

Tenor 0% tersedia untuk periode 3 hingga 24 bulan, tergantung pada program promosi yang berlaku. Konversi cicilan dapat dilakukan langsung melalui aplikasi digibank by DBS secara instan dan tersedia 24/7.

"Ditengah potensi pertumbuhan layanan paylater, kami tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam menyikapi dengan bijak," kata Ari.

Perseroan juga disebut secara konsisten memberikan edukasi finansial agar nasabah memahami karakteristik, manfaat dan risiko produk, serta mampu mengelola keuangan secara sehat.

Arianto Muditomo, Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran menyebut, kenikan kredit paylater pada Juni 2025 memberikan sentimen campuran, positif karena menunjukkan peluang bisnis di tengah lesunya pertumbuhan kredit umum, namun juga mengandung risiko karena tingginya ketergantungan masyarakat pada utang konsumtif saat daya beli stagnan.

"Hingga akhir 2025, tren BNPL diperkirakan tetap tumbuh dua digit, meski melandai di kuartal IV, didorong musim belanja akhir tahun dan promosi e-commerce," ungkap Arianto.

Baca Juga: Paylater Naik Daun, Gesekan Kartu Kredit Tetap Licin

Menurutnya, dalam skenario konservatif, pertumbuhan BNPL perbankan berpotensi turun ke kisaran 20%–22% YoY pada akhir tahun akibat perlambatan konsumsi dan potensi kenaikan NPL di segmen berisiko tinggi.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, bank disebut perlu memperketat credit scoring, membatasi plafon sesuai kemampuan bayar, menerapkan sistem peringatan dini, dan fokus ke nasabah dengan riwayat kredit baik, sambil mengedukasi literasi keuangan untuk mencegah lonjakan kredit macet.

Sementara itu, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, semakin meningkatnya utang masyarakat di paylater karena kebutuhan masyarakat untuk konsumsi meningkat sehingga paylater juga naik.

"Sentimen tersebut dapat berarti positif atau negatif. Namun bila peningkatannya di luar dari batas kewajaran maka bisa negatif dan berpotensi pada peningkatan kredit macet atau non performing loan," katanya.

Menurutnya, potensi kredit macet akan besar bila pemberian kredit tanpa memperhatikan repayment capacity yang baik. Ke depan tren transaksi juga diprediksi akan naik namun akan diikuti potensi kenaikan NPL.

"Saya rasa bank perlu memperketat pemberian paylater dan lebih selektif dalam pemberian paylater," tegasnya.

Selanjutnya: Harga Minyak Jatuh ke Level Terendah dalam 2 Bulan

Menarik Dibaca: Cara Mengolah Dada Ayam agar Aman untuk Penderita Asam Urat,Simak Ulasan Berikut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×