kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Sempat Turun Signifikan 30% per Juni, Kini Hasil Investasi Asuransi Jiwa Kembali Naik


Minggu, 25 Agustus 2024 / 18:53 WIB
Sempat Turun Signifikan 30% per Juni, Kini Hasil Investasi Asuransi Jiwa Kembali Naik
ILUSTRASI. Hasil investasi perusahaan asuransi jiwa mencatat kenaikan yang beragam pada Juli 2024.


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil investasi perusahaan asuransi jiwa mencatat kenaikan yang beragam pada Juli 2024. Padahal sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan adanya penurunan signifikan pada hasil investasi asuransi jiwa per Juni 2024.

Hasil investasi asuransi jiwa turun sebesar 29,99% per akhir Juni 2024 dibandingkan tahun lalu menjadi Rp 11,46 triliun.

Plt Direktur Utama BNI Life Neny Asriany mengatakan bahwa pertumbuhan investasi BNI Life per Juli 2024 mengalami pertumbuhan sebesar 118% secara tahunan, untuk portofolio non-unitlink. Sedangkan untuk portofolio PAYDI juga naik sekitar 232% secara tahunan.

Hasil investasi BNI Life per Juli 2024 sebesar Rp Rp 723,61 miliar. Per Juni 2024, hasil investasi BNI Life turun 36% dari Rp 841,99 miliar pada periode yang sama pada tahun sebelumnya.

"Kenaikan hasil investasi ini seiring dengan strategi kami yang selalu mengoptimalkan hasil investasi, kemudian kami juga aktif melakukan trading dan realized gain, serta selalu memperhatikan setiap momentum yang terjadi di pasar," kata Neny kepada Kontan.co.id, Sabtu (24/8).

Baca Juga: BNI Life Mencatat Pendapatan Premi Asuransi Jiwa Kredit Rp 23,92 Miliar per Juni 2024

Neny menambahkan bahwa BNI Life melihat adanya peluang positif untuk instrumen investasi pendapatan tetap di semester II-2024 yang disebabkan adanya kemungkinan pemangkasan suku bunga. Untuk itu, BNI Life akan mengandalkan instrumen tersebut. 

"Kami juga tetap mengoptimalkan instrumen saham karena kami melihat cukup banyak saham-saham yang masih under price sehingga layak untuk d- maintain," imbuhnya.

Neny menyebutkan, porsi investasi di instrumen pendapatan tetap sekitar 90% dari aset yang terdiri dari obligasi dan reksadana pendapatan tetap.

Lebih lanjut, Neny menargetkan hasil investasi mencapai Rp 1,09 triliun sepanjang tahun 2024. Dia menyatakan keyakinannya bahwa target tersebut dapat tercapai hingga akhir tahun ini. 

Baca Juga: Asuransi Tri Pakarta Targetkan Pendapatan Premi Sebesar Rp 1,7 Triliun pada 2024

Selaras dengan hal ini, PT MSIG Life Insurance Indonesia Tbk (MSIG Life) juga mencatatkan hasil investasi yang naik per Juli 2024. Equity Research & UL Strategy Manager MSIG Life, Wiratama mengatakan bahwa hasil investasi perusahaan tercatat sebesar Rp 378 miliar per Juli 2024, angka ini meningkat dibandingkan hasil investasi per Juni 2024, yang sebesar Rp 255 miliar.

Wiratama menjelaskan, hasil investasi yang lebih tinggi per Juli tersebut berasal dari rally obligasi pemerintah dan saham. Selama Juli 2024, obligasi pemerintah tenor 10 tahun mengalami penurunan yield dari 7,1% ke level 6,8%, seiring semakin tingginya potensi pemangkasan suku bunga di tahun ini.

"Penurunan yield ini juga yang mendorong kenaikan hasil investasi perusahaan kami," kata dia kepada Kontan.co.id,  Sabtu (24/8).

Selain itu, dia menyebutkan bahwa saham juga mengalami kenaikan harga selama Juli 2024, seperti indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)  di awal bulan Juli berada di level 7.139 dan ditutup di level 7.255 di akhir bulan Juli 2024.

Baca Juga: Ini Respons AAJI Terkait Peningkatan Ekuitas Minimum Perusahaan Asuransi

Kemudian, Wiratama bilang, per Juli 2024, penyertaan investasi perusahaan termasuk dana unitlink nasabah terbesar ada pada obligasi pemerintah sebesar 53,9%, diikuti dengan obligasi korporasi sebesar 17,4%, saham 15,9% dan sisanya tersebar di reksadana dan pasar uang. 

"Jika tidak memperhitungkan dana unitlink, maka penyertaan investasi perusahaan tersebar paling besar ke obligasi sebesar 86%, pasar uang 13% dan saham 2%," imbuh dia.

Dengan begitu, Wiratama mengatakan bahwa instrumen investasi obligasi pemerintah dipilih sebagai instrumen investasi dengan alokasi terbesar karena imbal hasil yang kompetitif, risiko yang rendah dan jangka waktu investasi yang sesuai dengan kebutuhan investasi di MSIG LIfe.

"Kami melihat obligasi pemerintah lebih menjanjikan, karena arah kebijakan moneter AS dan Indonesia di masa depan, yang akan memasuki siklus penurunan suku bunga. Penurunan suku bunga ini mampu menghasilkan capital gain di luar pendapatan kupon," kata dia.

Baca Juga: Kinerja Membaik, Perusahaan Afiliasi KBFG Bakal Borong Saham KB Bank

Investasi SBN, Saham dan Obligasi Jadi Andalan

Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Togar Pasaribu menilai bahwa pada tahun 2024, perusahaan asuransi jiwa di Indonesia diperkirakan akan mengandalkan beberapa instrumen investasi yang dianggap lebih stabil dan berpotensi memberikan imbal hasil yang baik, seperti Surat Berharga Negara (SBN).

Hal ini, menurut dia, karena SBN tetap menjadi pilihan utama investasi perusahaan asuransi jiwa, mengingat imbal hasilnya yang cukup kompetitif namun dengan risiko yang relatif rendah.

Togar menyebutkan bahwa penempatan investasi dalam SBN telah meningkat secara signifikan pada 2024, dengan nilai mencapai Rp 189,82 triliun yang mencakup sekitar 35% dari total investasi industri asuransi jiwa.

Baca Juga: AAJI: Pertumbuhan Kredit Perbankan Angin Segar Bagi Bisnis Asuransi Jiwa Kredit

Tak hanya SBN, dia menuturkan bahwa penempatan investasi pada saham juga akan tetap dilakukan oleh sejumlah perusahaan asuransi jiwa, sebagai upaya mendiversifikasi risiko. Selain itu, pemilihan saham juga didasarkan pada kondisi pasar modal yang relatif positif.

Selanjutnya, Togar bilang, sejumlah perusahaan asuransi jiwa juga akan mengandalkan instrumen investasi obligasi. Hal ini tercermin dari proporsi deposito yang mencapai sekitar 7,3% dari total investasi pada kuartal I-2024.

"Meskipun memiliki imbal hasil yang lebih rendah dibandingkan saham dan SBN, deposito menawarkan tingkat risiko rendah dengan likuiditas tinggi, di mana merupakan aspek penting bagi perusahaan asuransi," kata Togar

Dengan berfokus pada instrumen-instrumen ini, dia berharap perusahaan asuransi jiwa dapat mencapai keseimbangan antara pertumbuhan yang berkelanjutan dan pengelolaan risiko investasi, di tengah kondisi ekonomi global yang masih penuh ketidakpastian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×