CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.514.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.945   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.196   149,03   2,11%
  • KOMPAS100 1.099   26,87   2,51%
  • LQ45 869   25,52   3,02%
  • ISSI 220   3,58   1,65%
  • IDX30 445   13,29   3,08%
  • IDXHIDIV20 535   15,93   3,07%
  • IDX80 126   3,28   2,68%
  • IDXV30 128   1,76   1,39%
  • IDXQ30 148   4,07   2,83%

Seolah tak ada habisnya, Satgas Waspada Investasi jaring lagi ratusan fintech ilegal


Kamis, 31 Oktober 2019 / 18:05 WIB
Seolah tak ada habisnya, Satgas Waspada Investasi jaring lagi ratusan fintech ilegal
ILUSTRASI. ilustrasi fintech. Satuan Tugas Waspada Investasi telah menjaring 297 entitas fintech peer to peer (P2P) lending ilegal sampai akhir Oktober 2019. KONTAN/Muradi/1/06/2017


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Tugas Waspada Investasi telah menjaring 297 entitas fintech peer to peer (P2P) lending ilegal sampai akhir Oktober 2019. Mereka beroperasi tanpa izin resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Pada 7 Oktober 2019, Satgas Waspada Investasi juga telah menjaring 133 entitas fintech lending ilegal. Total entitas yang telah ditemukan mencapai 1.773 fintech terhitung sejak tahun lalu. Dari temuan itu, situs dan website mereka langsung ditutup oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).

Baca Juga: Hadapi tantangan ekonomi, BI berkomitmen jaga stabilitas sistem keuangan

Ketua Satgas Waspada Investasi Tongan L Tobing mengaku kesulitan memberantas fintech ilegal tersebut karena mereka muncul kembali dengan nama baru seiring kemudahan pembuatan aplikasi dan web di tengah masyarakat.

Modus fintech ilegal bukan hanya melalui aplikasi, tetapi penyebarannya juga melalui sosial media seperti Facebook dan Instagram.

“Kondisi saat ini mengkhawatirkan. Bagaimana fintech ini muncul kembali dengan nama baru, mereka tinggal berganti nama saja. Memang niat jahat para pelaku menjalankan kegiatan fintech ilegal ini sangat sulit diatasi,” kata Tongam di Jakarta, Kamis (31/10).

Baca Juga: Distribusi Voucher (DIVA) yakin kinerja tahun 2020 tumbuh double digit, ini alasannya

Direktorat Siber Polri Kompol Silvester Simamora menilai kesulitan pemberantasan fintech ilegal karena saat ini Indonesia belum punya regulasi untuk menindak mereka, seperti Undang-undang (UU) Fintech. Yang ada, baru Peraturan OJK (POJK) Nomor 77/POJK/01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.

Selama ini, Direktorat Siber Polri menindak fintech ilegal seputar penagihan kredit bermasalah. Biasanya, mereka ditindak melalui UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), seperti kasus pencemaran nama baik.



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×