Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank cilik kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) I masih banyak yang harus berjuang keras untuk naik kelas tahun ini. Sesuai aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), minimal modal inti bank umum konvensional harus mencapai Rp 1 triliun akhir tahun ini atau sudah harus BUKU II.
Berdasarkan data OJK, terdapat total 13 bank konvensional BUKU I. Sepanjang tahun ini baru ada empat bank yang sudah naik kelas ke BUKU II, terbaru datang dari PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC) atau sebelumnya bernama Bank Yudha Bhakti.
Adapun tiga bank yang sudah terlebih dulu naik kelas ke BUKU II. Pertama, Bank Royal atau bank digital BCA. Bank ini naik kelas pada Februari 2020 setelah BCA melakukan penambahan modal sebesar Rp 1 triliun.
Baca Juga: Ada dana nganggur, BCA Finance siap lunasi obligasi jatuh tempo senilai Rp 842 miliar
Lalu PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE) naik kelas lewat mekanisme privat placement di mana pemegang saham eksisting Danadipa Artha Indonesia menambah modal. Kemudian, ada Bank Jago yang sebelumnya bernama Bank Artos yang naik kelas setelah melakukan penambahan modal lewat right issue.
Bank Neo Commerce telah resmi menyandang predikat sebagai bank umum kegiatan usaha (BUKU) II terhitung sejak 18 September 2019. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengukuhkan status naik kelas bank yang sebelumnya bernama Bank Yudha Bhakti itu. Dengan begitu, kini masih ada 9 lagi bank umum konvensional BUKU I.
Bank Neo Commerce naik kelas setelah melakukan penambahan modal lewat right issue Juli 2020 dan berhasil mengantongi dana segar sebesar Rp 150 miliar. Dana tersebut telah ditempatkan pada rekening khusus Bank Neo Commerce sejak 4 Agustus 2020.
"Dengan tambahan dana hasil dari rights issue sebesar Rp 150 miliar, modal inti perusahaan mencapai Rp 1,08 triliun dari sebelumnya Rp 928,62 miliar per 31 Agustus 2020," kata Agnes Fibri Triliana Sekretaris Perusahaan BNC dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Senin (12/10).
Sebagai bank BUKU II, bank ini sudah bisa melakukan kegiatan usaha lebih luas, termasuk dalam pengembangan sistem teknologi informasi yang mendukung digitalisasi sistem bank sehingga memudahkan pelayanan kepada nasabah.
Bank Neo Commerce saat ini tengah bertransformasi menuju bank digital. Transformasi itu sudah dimulai sejak 2019. Dengan status barunya, perseroan akan lebih leluasa mengembangkan produk dan layanan sebagai bank digital, termasuk mengembangkan mobile banking dan internet banking.
Data OJK per Juli, terdapat 10 bank konvensional BUKU I dan dan 4 bank syariah BUKU I. Seperti diketahui, dalam Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2020 tentang konsolidasi bank umum, modal inti minimum bank harus Rp 3 triliun pada 2022. Tahun 2020 sudah wajib dipenuhi minimum Rp 1 triliun dan tahun 2021 wajib mencapai Rp 2 triliun.
Namun, kebijakan itu dikecualikan untuk UUS dan BUS. Dengan begitu, ada sembilan bank lagi yang wajib menambah modal menjadi minimal Rp 1 triliun dalam jangka waktu dua bulan di sisa akhir tahun ini.
Baca Juga: Selain properti, saham-saham ini bisa dapat angin segar dari pelonggaran PSBB Jakarta
Diantaranya ada PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI) yang harus menambah modal lagi minimal Rp 728 miliar. Prima Master Bank baru memiliki modal inti Rp 286,09 miliar per Juni dan membutuhkan tambahan modal paling sedikit Rp 713 miliar.
Bank Fama Internasional yang berpusat di Bandung baru punya modal inti Rp 269,39 miliar per Maret 2020. Selanjutnya, ada BPD Bengkulu punya modal inti Rp 822,47 miliar per Juni 2020, BPD Lampung Rp 867,3 miliar, BPD Sulteng Rp 966,58 miliar, dan BPD Banten hanya memiliki modal inti Rp 113,5 miliar per Maret 2020 dengan rasio kecukupan modal atau CAR 9,01%.
Lalu ada PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI) masih membutuhkan tambahan modal sekitar Rp 300 miliar lagi untuk bisa memenuhi ketentuan modal inti hingga akhir tahun. Bank ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada 7 September 2020 dengan meraup dana segar Rp 189,49 miliar. Sedangkan modal inti perseroan per Juni baru mencapai Rp 508,53 miliar.
Untuk memenuhi aturan modal, Bank Bisnis berencana menggelar kasi tambah modal via rights issue akhir tahun dengan menerbitkan 438.627.450 saham atau setara 16,67% modal disetor perusahaan.
"Awal November kami akan selenggarakan RUPSLB, salah satu agendanya untuk meminta persetujuan rights issue kepada pemegang saham,” kata Corporate Secretary Bank Bisnis Paulus Tanujaya.
Selanjutnya: BTN klaim punya likuiditas yang sangat aman dengan LDR di bawah 95%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News