Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Perlambatan ekonomi berefek ke bisnis PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia. Kondisi keuangan yang ketat dari berbagai sektor industri, membuat Inhealth kesulitan memacu perolehan premi baru. Akibatnya, pertumbuhan premi perusahaan ini terbilang mini.
Menurut Direktur Utama Inhealth Iwan Pasila, hingga kuartal III tahun ini, Inhealth hanya mencatatkan pertumbuhan premi sebesar 5% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.
"Per September 2015, premi kami hampir Rp 1,2 triliun," kata Iwan, akhir pekan lalu. Sebagai perbandingan, pada kuartal III-2014 lalu, premi Inhealth tumbuh sekitar 9%.
Iwan mengatakan, kondisi tersebut karena pasar utama mereka, yakni asuransi kesehatan untuk kalangan karyawan, terkendala perlambatan ekonomi. Beberapa perusahaan yang selama ini menjadi nasabah mereka harus lebih irit dalam mengalokasikan dana termasuk untuk membayar premi asuransi.
Meski kondisi sampai kuartal ketiga ini masih seret, namun Iwan optimistis, kinerja bisnis Inhealth pada kuartal terakhir bakal membaik. Ia memprediksikan, sampai akhir Desember 2015, perolehan premi Inhealth setidaknya bisa tumbuh 15% dibanding realisasi pendapatan premi di tahun lalu.
Sepanjang 2014, premi InHealth Rp 1,4 triliun. Ini artinya hingga akhir 2015, pendapatan premi perusahaan ini bisa mencapai Rp 1,6 triliun.
Perolehan premi Inhealth mayoritas masih dari segmen asuransi kesehatan. Persisnya, kata Iwan, saat ini 95% dari total perolehan premi Inhealth dari lini bisnis asuransi kesehatan. Jika menggunakan acuan perolehan premi hingga September 2015, premi asuransi kesehatan menyumbang sekitar Rp 1,1 triliun.
Sisanya dari ke lini bisnis lain. Terutama dari produk asuransi jiwa kredit. "Porsinya akan kami pertahankan dengan masih fokus ke asuransi kesehatan," kata Iwan. Ia melihat, pangsa pasar asuransi kesehatan masih besar.
Dari sisi distribusi, InHealth masih mengandalkan account executive sebagai sumber bisnis dalam meraup premi. Iwan mengatakan, hampir 80% dari bisnis perusahaan ini berasal dari jalur tersebut. Sedangkan sisanya mengandalkan jalur brokerage.
Jumlah premi yang mayoritas dari asuransi kesehatan ternyata membuat klaim Inhealth terbilang besar. Terlebih dengan tren pelemahan rupiah membuat harga obat naik.
Iwan menyebut, rasio klaim Inhealth mencapai 70% dari total premi. "Waktu menetapkan premi, kami memang sudah hitung potensi claim ratio yang bisa muncul," kata dia. Tapi rasio klaim tersebut masih sesuai proyeksi perusahaan.
Inhealth telah melengkapi para awak mereka dengan perangkat gadget untuk membantu provider relationship officer. Langkah ini ternyata mempermudah memantau klaim yang dibayar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News