Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Khomarul Hidayat
Sementara, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mencatatkan DPK hingga Maret 2021 sebesar Rp 294,91 triliun. Nilai itu tumbuh 33,01% yoy dibandingkan Maret 2020 sebesar Rp 221,72 triliun.
Direktur Distribution and Retail Funding Bank BTN Jasmin mengataka,n kenaikan DPK disumbang kenaikan penghimpunan giro sebesar 33,91% yoy menjadi Rp 71,47 triliun. Lalu tabungan tumbuh 4,29% yoy menjadi Rp 41,19 triliun dan deposito tumbuh 41,44% menjadi Rp 182,25 triliun.
“Tabungannya tumbuh kecil, karena di 2020 lanjut kuartal pertama 2021 kita benahi dulu dan amankan likuiditas dengan refreshing dana-dana mahal. Lalu, membenahi produk liabilities BTN,” imbuh Jasmin.
Ia bilang, BTN telah mendesain ulang tabungan dengan bunga mahal menjadi produk tabungan dengan bunga lebih rendah yang diluncurkan sejak 23 Februari lalu. Jasmin menyebutkan, hingga Maret 2021, tabungan murah itu telah menghimpun dana masyarakat senilai Rp 3,6 triliun.
“Pelan-pelan tahun ini kita harapkan capai Rp 18 triliun yang bisa menggantikan tabungan mahal. Deposito walau tumbuh tinggi, tapi deposito itu berbunga lebih murah. Jadi deposito lama sudah kita refinancing gantikan deposito dengan bunga yang lebih rendah,” ujarnya.
Penempatan dana di perbankan juga tidak terkikis oleh maraknya nasabah dalam menjejali pasar modal. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah investor pasar modal sebanyak 3,88 juta pada akhir 2020. Jumlah investor tahun lalu meningkat 56,45% dibandingkan 2019 sebanyak 2,48 juta investor.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menilai, masyarakat masih tetap menempatkan dananya di perbankan. Anggota Dewan Komisioner LPS Lana Soelistianingsih bilang simpanan di perbankan tetap jadi pilihan karena digunakan untuk kenyamanan transaksi.
“LPS tidak memiliki data sebaran simpanan nasabah berdasarkan rentang umur. Saya kira masyarakat termasuk milenial banyak bertransaksi secara online. Untuk transaksi ini, mereka tetap akan lewat bank. Sedangkan instrumen pasar modal memang digunakan untuk investasi,” ujar Lana kepada Kontan.co.id.
Kendati demikian, ia yakin, masyarakat masih menggunakan deposito sebagai diversifikasi investasi. Namun dengan porsinya yang berbeda dibandingkan instrumen pasar saham.
Selanjutnya: Bankir yakin biaya dana bisa terus turun, ini pendorongnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News