Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi yang berlarut tak membuat masyarakat menarik dana simpanan di perbankan. Bahkan setelah satu tahun Covid-19 mewabah Indonesia, penempatan dana di perbankan tetap mekar.
Padahal, masyarakat juga semakin gemar menempatkan dananya di pasar modal baik di instrumen surat utang maupun saham. Hal ini tak membuat dana pihak ketiga (DPK) di perbankan susut.
Data Bank Indonesia mencatat, total DPK perbankan tumbuh 9,36% secara year on year (yoy) menjadi Rp 6.539,1 triliun hingga Maret 2021. Bila dibandingkan secara kuartalan DPK bank masih tumbuh 1,24% QoQ dari posisi kuartal keempat 2020 sebesar Rp 6.459,1 triliun.
Bila dirinci lebih jauh, dana giro tumbuh melesat 15,82% yoy menjadi Rp 1.702,3 triliun hingga kuartal pertama 2021. Sedangkan secara kuartal giro industri bank juga tumbuh 7,74% QoQ dibandingkan akhir tahun lalu.
Baca Juga: BTN akan terus menekan biaya dana, begini strateginya
Lalu tabungan juga mengalami pertumbuhan 10,15% yoy menjadi Rp 2.151,8 triliun pada Maret 2021. Namun dibandingkan dengan Desember 2020, jumlahnya terkoreksi 1,95% QoQ.
Adapun deposito tumbuh 5,05% yoy menjadi Rp 2.685,1 triliun hingga tiga bulan pertama 2021. Nilai itu tumbuh tipis 0,02% dibandingkan kuartal keempat 2020.
PT Bank Central Asia Tbk, misalnya, berhasil membukukan pertumbuhan DPK 14,6% yoy dari Rp 741,02 triliun di Maret 2020 menjadi Rp 849,4 triliun pada Maret 2021. Nilai itu masih tumbuh 1% yoy dibandingkan kuartal keempat 2020.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja bilang, DPK BCA ditopang dana murah yang berasal dari giro dan tabungan atau current account and savings account (CASA) yang naik 15,4% yoy mencapai Rp 655,8 triliun. Sementara itu, deposito berjangka meningkat 12,2% yoy menjadi Rp 193,6 triliun.
“Tingginya tingkat kepercayaan nasabah serta kuatnya franchise bisnis perbankan transaksi sebagai hasil pengembangan solusi digital secara konsisten, telah memperkokoh kontribusi CASA sebagai dana inti bank. CASA berkontribusi sebesar 77,2% dari total dana pihak ketiga. BCA memproses 40,5 juta transaksi per hari secara rata-rata pada triwulan I 2021, naik dari 31,5 juta dari periode yang sama tahun lalu,” tutur Jahja pada pekan lalu.
Baca Juga: Milenial dominasi investor pasar modal, apakah produk perbankan ditinggalkan?
Sementara, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mencatatkan DPK hingga Maret 2021 sebesar Rp 294,91 triliun. Nilai itu tumbuh 33,01% yoy dibandingkan Maret 2020 sebesar Rp 221,72 triliun.
Direktur Distribution and Retail Funding Bank BTN Jasmin mengataka,n kenaikan DPK disumbang kenaikan penghimpunan giro sebesar 33,91% yoy menjadi Rp 71,47 triliun. Lalu tabungan tumbuh 4,29% yoy menjadi Rp 41,19 triliun dan deposito tumbuh 41,44% menjadi Rp 182,25 triliun.
“Tabungannya tumbuh kecil, karena di 2020 lanjut kuartal pertama 2021 kita benahi dulu dan amankan likuiditas dengan refreshing dana-dana mahal. Lalu, membenahi produk liabilities BTN,” imbuh Jasmin.
Ia bilang, BTN telah mendesain ulang tabungan dengan bunga mahal menjadi produk tabungan dengan bunga lebih rendah yang diluncurkan sejak 23 Februari lalu. Jasmin menyebutkan, hingga Maret 2021, tabungan murah itu telah menghimpun dana masyarakat senilai Rp 3,6 triliun.
“Pelan-pelan tahun ini kita harapkan capai Rp 18 triliun yang bisa menggantikan tabungan mahal. Deposito walau tumbuh tinggi, tapi deposito itu berbunga lebih murah. Jadi deposito lama sudah kita refinancing gantikan deposito dengan bunga yang lebih rendah,” ujarnya.
Penempatan dana di perbankan juga tidak terkikis oleh maraknya nasabah dalam menjejali pasar modal. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah investor pasar modal sebanyak 3,88 juta pada akhir 2020. Jumlah investor tahun lalu meningkat 56,45% dibandingkan 2019 sebanyak 2,48 juta investor.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menilai, masyarakat masih tetap menempatkan dananya di perbankan. Anggota Dewan Komisioner LPS Lana Soelistianingsih bilang simpanan di perbankan tetap jadi pilihan karena digunakan untuk kenyamanan transaksi.
“LPS tidak memiliki data sebaran simpanan nasabah berdasarkan rentang umur. Saya kira masyarakat termasuk milenial banyak bertransaksi secara online. Untuk transaksi ini, mereka tetap akan lewat bank. Sedangkan instrumen pasar modal memang digunakan untuk investasi,” ujar Lana kepada Kontan.co.id.
Kendati demikian, ia yakin, masyarakat masih menggunakan deposito sebagai diversifikasi investasi. Namun dengan porsinya yang berbeda dibandingkan instrumen pasar saham.
Selanjutnya: Bankir yakin biaya dana bisa terus turun, ini pendorongnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News