Reporter: Andri Indradie | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Bank pembangunan daerah (BPD) memiliki strategi tersendiri untuk mendongkrak rasio kredit terhadap dana masyarakat alias Loan to Deposit Ratio (LDR). Bank milik pemerintah daerrah (pemda) tersebut memilih mengurangi tingkat likuiditas ketimbang menggenjot penyaluran kredit.
Jika dibandingkan dengan LDR perbankan nasional yang Juni lalu berada di level 75,31%, LDR BPD memang jauh tertinggal. Juni lalu, LDR BPD tercatat 60,68%.
Untuk mendongkrak LDR, menurut Winny Erwindia, Ketua Asosiasi BPD Seluruh Indonesia (Asbanda), lebih mudah jika BPD mengurangi tingkat likuiditas. Opsi ini lebih aman ketimbang memacu penyaluran kredit untuk menaikkan LDR. "Peningkatan loan yang terlalu besar malah akan menimbulkan risiko yang besar," kata Winny, di Jakarta, Senin (23/8).
Pada semester I - 2010, total dana pihak ketiga (DPK) di brankas BPD nasional mencapai Rp 198,67 triliun. Sedangkan, total kredit BPD mencapai Rp 132,74 triliun.
Winny bilang, kemungkinan BPD akan mengurangi komposisi dana masyarakat di deposito. Sebab, mengurangi komposisi dana tabungan berseberangan dengan visi pemda, pemegang saham BPD. "Langkah tersebut sekaligus strategi BPD untuk mengurangi dana mahal dan memperbaiki komposisi DPK," imbuh Winny.
Ekonom Asbanda Sunarsip mengatakan, komposisi DPK BPD saat ini lebih baik dibandingkan komposisi DPK di bank-bank umum. DPK BPD terdiri dari tabungan sebesar 18,92%, giro sebesar 34,26%, dan deposito 46,82%.
Namun, kemampuan BPD menarik dana murah dari masyarakat masih kurang. "Sebagian besar dana murah, yaitu tabungan dan giro milik BPD masih berasal dari pemda masing-masing," kata Sunarsip.
Untuk itu, Asbanda akan mendorong BPD meningkatkan jaringan, produk, dan layanan yang optimal kepada masyarakat. Jadi, masyarakat bakal lebih tertarik menyimpan dana mereka di BPD.
Sunarsip juga berharap, pemda mendukung pengembangan BPD dengan moratorium atau tidak menarik dividen selama tiga hingga lima tahun mendatang. Laba ditahan itu bisa dimanfaatkan untuk memperkuat permodalan BPD agar lebih ekspansif. BI mencatat, per Juni 2010 modal inti BPD yang terbesar hanya Rp 2,8 triliun, sedangkan modal inti BPD yang paling kecil sebesar Rp 143 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News